KEDIRI, KOMPAS.com - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI, Jawa Timur, melakukan konservasi gua di Situs Cagar Budaya Gua Selomangleng di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (13/6/2026).
Konservasi yang bertujuan untuk perlindungan, pemulihan, hingga pemeliharaan situs akibat dampak aktivitas manusia maupun alam itu dilakukan oleh sejumlah petugas.
Ira Fatmawati, Pamong Budaya Ahli Pertama BPKW XI, mengatakan, konservasi itu berfokus pada pembersihan seluruh kawasan gua. Mulai dari pembersihan jelaga dampak pembakaran dupa hingga lilin maupun pembersihan lumut yang tumbuh.
“Pada dinding-dinding itu kan banyak jelaga bekas dupa atau lilin ritual masyarakat,” ujar Ira Fatmawati ditemui Kompas.com di lokasi gua, Jumat (13/6/2025).
Baca juga: Tim SAR Evakuasi Pendaki yang Terkilir saat Mendaki Gunung Klotok Kediri
Selain itu, masih kata Fatmawati, pembersihan juga dilakukan terhadap coretan cat yang ditemukan di sejumlah titik.
Coretan yang sudah masuk pada kategori vandalisme tersebut merupakan ulah dari tangan-tangan jahil para pengunjung.
Dalam pembersihan itu pihaknya menggunakan media air untuk menghilangkan debu maupun lumut, juga menggunakan cairan kimiawi untuk mengatasi coretan cat.
Meski demikian, Fatmawati menambahkan, pembersihan tersebut tidak boleh dilakukan secara serampangan. Pihaknya pun secara hati-hati melakukannya agar tidak sampai merusak situs.
Hal tersebut pula yang menjadi tantangan dalam konservasi itu. Apalagi seluruh permukaan dinding gua berbentuk relief dan dipenuhi hiasan sehingga harus teliti dan hati-hati dalam pembersihannya.
“Kendala dan tantangannya ya itu, tapi kami tadi juga sudah siapkan perlengkapan termasuk cairan pembersihnya. Jadi semua masih bisa kita atasi,” lanjutnya.
Sekadar diketahui, gua tersebut merupakan peninggalan era Kerajaan Kediri di sekitar abad 11 masehi. Berfungsi sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci atau putri mahkota Raja Airlangga.
Gua buatan dari batu andesit yang berlokasi di Kota Kediri sebelah barat itu terdiri dari empat ruangan. Seluruh ruangannya berhias relief maupun patung-patung.
Kini, gua tersebut dimanfaatkan sebagai tempat wisata sejarah dan budaya oleh pemerintah setempat. Menjadi satu kawasan dengan bangunan museum dan sejumlah bangunan pendukungmya.
Selain itu hingga kini juga banyak masyarakat yang mengunjunginya karenamenganggapnya sebagai tempat keramat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang