Pendapatan setiap hari di atas Rp 600.000 hingga Rp 1 juta.
Per hari, rata-rata bisa terjual sebanyak 20 sampai 30 kilogram. Hasilnya pun berisar Rp 18 juta hingga Rp 20 juta per bulan.
"Bahkan pernah ada pesanan di satu tempat sebanyak 100 kilogram. Tapi dikirim secara bertahap," katanya.
Alfina mengungkapkan, menanam selada dengan metode hidroponik gampang-gampang susah. Sebab, perlu penanganan khusus agar berhasil dalam membudidayanya.
Selada biasanya ditaman di dataran tinggi atau pegunungan. Namun, ia melakukan cara khusus agar bisa hidup di dataran rendah, salah satunya dengan menggunakan cara tanam hidroponik.
Baca juga: Cara Tanam Selada di Dapur Tanpa Tanah, Panen dalam 4 Minggu
"Budidaya ini tidak membuat capek dan bisa dilakukan di rumahan," katanya.
Ditanya soal biaya, Alfina sempat mengalkulasi modal yang sudah dikeluarkan mencapai Rp 250 juta.
Kesuksesan yang diraih Alfina pun tidak semudah membalikkan tangan. Ia pernah merasakan kerugian, terutama saat aliran air berkurang drastis dan saat lampu padam.
"Air untuk irigasi ke semua akan macet saat padam. Saat itu bisa berdampak kerugian kepada kami," ucapnya.
Saat ini, Alfina Haula memiliki empat orang karyawan. Satu orang berperan sebagai pembersih wajah hidroponik, sebagai kurir, dan dua orang lainnya sebagai pemasangan pupuk dan vitamin ke selada.
Bahkan, ia pun berhasil menggaji karyawan Rp 1 juta hingga Rp 1,2 per bulan.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, Indah Kusuma Sulistiorini mengaku mendukung usaha yang dilakukan Alfina Haula.
"Pemanfaatan pekarangan ini memang sering kami berikan pelatihan. Kami berharap akan semakin banyak budidaya tanam metode hidroponik dilakukan di Pamekasan," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang