LUMAJANG, KOMPAS.com - Anak yang jadi korban pemerkosaan oleh ayah kandungnya di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sering mengalami gangguan tidur dan tidak nafsu makan.
Sebelumnya, seorang pria berinisial TR (34), warga Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, dilaporkan ke polisi setelah tega menyetubuhi putrinya sendiri berinisial AR (13).
Tindakan asusila itu diketahui sudah dilakukan terduga pelaku sebanyak 10 kali sejak korban masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Saat ini korban diketahui sudah berada di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama (SMP).
Kini, TR sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolres Lumajang.
Baca juga: Ayah Kandung di Kupang Minta Calon Ayah Tiri yang Perkosa Anaknya Dihukum Mati
Kabid Perlindungan Anak dan Rehabilitasi Sosial Dinsos P3A Lumajang Darno mengatakan, beberapa kali pertemuan dengan korban, diceritakan bahwa yang bersangkutan sering kesulitan tidur dan tidak nafsu makan.
Menurut Darno, gejala-gejala yang dialami korban ini butuh segera mendapat pendampingan psikologis.
"Anak ini secepatnya butuh pendampingan psikologi, dia sudah bilang sampai nggak bisa tidur, makan tidak enak. Ini kan sudah mulai gejala-gejala stres, ini butuh segera pendampingan," kata Darno di Lumajang, Jumat (9/5/2025).
Meski kondisi korban cukup mengkhawatirkan, diakui, proses pendampingan belum bisa dilakukan maksimal. Sebab, korban belum bisa dipindahkan ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Baca juga: Kasus Anak Bunuh Ayah Kandung, Hasil Otopsi: Korban Meninggal Lemas
Sebab, pihak keluarga belum memberi izin untuk mengungsikan korban sampai terduga pelaku ditahan pihak kepolisian.
"Ini buat pendampingan psikologi belum bisa dilakukan karena pihak keluarga masih menolak kami untuk membawa korban ke LKSA sampai pelakunya ini ditahan," ujar Darno.
Dengan ditahannya pelaku, Dinsos akan segera menindaklanjuti rencana pemindahan korban ke LKSA.
"Sekarang baru dapat info kalau ayahnya sudah ditahan, secepatnya kami akan komunikasikan lagi untuk segera dibawa," ungkapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang