BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi batal melibatkan rombongan belajar (rombel) usia sekolah dasar (SD) pada operasi perdana sekolah rakyat yang ditargetkan dimulai pada Juni 2025.
Jika sebelumnya Pemkab Banyuwangi merencanakan akan ada dua rombel, masing-masing untuk kelas 4 dan 5 SD, realisasinya akan berubah.
Yaitu, dari kuota 100 siswa yang ditetapkan, akan dibagi menjadi empat rombel dengan masing-masing 25 siswa. Dua rombel untuk SMP dan dua rombel untuk SMA.
Baca juga: Sekolah Rakyat di Banyuwangi Pindah Lokasi, Tak Jadi di Rusunawa Klatak
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Khoirul Hidayat, mengatakan, dibatalkannya keterlibatan siswa SD pada sekolah rakyat mempertimbangkan faktor psikologis wali murid.
“Dari kroscek dan kunjungan yang kami lakukan, wali murid siswa SD berkeberatan kalau berpisah dengan anak,” kata Khoirul, Rabu (30/4/2025).
Sehingga, kemudian ditetapkan bahwa sekolah rakyat untuk siswa kelas 4 dan 5 SD ditiadakan dan berfokus pada pendidikan untuk kelas usia menengah dan atas.
Di antaranya, mereka yang telah putus sekolah, anak-anak usia sekolah yang berkeinginan melanjutkan sekolah namun terkendala oleh biaya.
Khoirul juga memastikan, telah ada konsep rekrutmen peserta didik di sekolah rakyat sehingga tak mengambil siswa yang sudah terdaftar di sekolah negeri maupun swasta.
“Sekolah rakyat bukan lembaga pesaing dari sekolah-sekolah yang sudah ada,” tandasnya.
Sementara itu, pembukaan pendaftaran sekolah rakyat cukup menarik minat masyarakat.
Dari kuota 100 siswa yang disediakan, jumlah pendaftar telah melebihi kuota, yaitu sebanyak 138 siswa pada Selasa (29/4/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang