MADIUN, KOMPAS.com - Suparlan (89) dan Suparmi (78) tak menyangka akan dapat berangkat haji pada tahun ini. Pasalnya, pasangan lanjut usia (lansia) baru mendaftar haji pada tahun 2019.
Rupanya pasutri asal Desa Tempursari, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, ini berangkat lebih awal lantaran masuk dalam kategori jemaah calon haji (JCH) prioritas lansia.
Normalnya, seorang warga dapat berangkat ibadah haji dengan masa tunggu hingga puluhan tahun.
Kendati berusia lansia, Suparlan dan Suparmi tak kalah semangatnya mengikuti manasik haji seperti calon jemaah haji lainnya.
Suparlan terus menggandeng tangan istrinya saat berlatih mengeliling kabah. Kedua calhaj itu masih tampak lincah latihan berjalan tujuh kali mengelilingi kabah.
“Kami mendaftar haji itu di tahun 2019. Sesuai rencana semestinya kami dapat berangkat pada tahun 2023 kemarin. Namun, karena ada pandemi Covid-19 sehingga keberangkatan kami tertunda jadi tahun ini,” tutur Suparlan, Senin (28/4/2025).
Baca juga: Peringatan Kemenag ke Petugas Haji: Layani Jemaah, Bukan Flexing!
Suparlan mengaku bersyukur kendati dalam usia 89 tahun masih diberikan kesempatan menginjakkan kaki ke Tanah Suci bersama sang istri Sarmi yang berusia 78 tahun.
Pasalnya, untuk mendaftar ibadah haji, Suparlan bersama istrinya menabung dari hasil kerja kerasnya sebagai petani selama puluhan tahun.
“Uang hasil panen padi sedikit-sedikit kami kumpulkan. Setelah terkumpul, kami daftar haji bayar sekitar Rp 50 juta berdua," kata Suparlan.
Ia pun berharap saat perjalanan ibadah haji selama sebulan lebih nanti di tanah suci mendapatkan kelancaran dan selamat.
Untuk mempersiapkan fisik dan kesehatan, Suparlan bersama istrinya sering jalan pagi ke sawahnya.
“Persiapan kami saat ini hanya jalan-jalan dengan istri ke sawah, kami ke mana-mana berdua dan saya tidak bisa kalau dipisah dengan istri. Harapan kami semoga di tanah suci nanti dilancarkan ibadah kami, sehat dan selamat,” jelas Suparlan.
Baca juga: Dirjen PHU: Banyak Orang Terlena, Visa Sudah Keluar, tapi Bukan Visa Haji
Sementara itu, Sarmi menyatakan hidayah untuk pergi haji didapat setelah ia dan suami menjalankan ibadah umrah tahun 2015.
Saat berada di depan Kabah, pasutri itu bernazar ingin kembali ke Mekkah untuk menjalankan ibadah haji bersama.
Berbekal nazar itu, Sarmi bersama suaminya rajin mengumpulkan uang hasil hasil panen padi untuk mendaftar haji.
Ia pun bersyukur usaha dan doanya didengar sang pencipta hingga akhirnya dapat berangkat haji tahun ini.
Bagi Sarmi, dapat kembali ke tanah suci merupakan nikmat hidup yang tidak dapat ternilai.
Ia pun berharap diberikan kesehatan dan keselamatan selama menjalankan ibadah haji di tanah suci.
“Kami bersyukur alhamdulillah dapat berangkat tahun ini. Usai salat kami selalu berdoa untuk meminta keselamatan, kesehatan, dan kekuatan sehingga ibadah haji kami nanti di tanah suci lancar," ujar dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang