BANGKALAN, KOMPAS.com - Di tengah tumpukan daun pisang, Halimah (68) menikmati semilir angin sore dengan duduk di teras rumahnya di Desa/Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (26/4/2025) kemarin.
Dengan telaten, jemarinya mulai memilah daun yang akan ia gunakan untuk membungkus kue bongko buatannya.
Satu per satu daun pisang ia bersihkan dan dipotong sesuai ukuran. Tak sembarang daun pisang yang ia gunakan. Jenis daun pisang batu menjadi pilihan untuk membungkus kue berbahan dasar tepung beras ini.
"Kalau daun pisang jenis lain itu, kalau dikukus jadi gelap. Kalau daun dari jenis pisang batu, hasilnya bagus, tetap hijau saat dikukus," ucap dia bersemangat.
Kue bongko merupakan kue tradisional berbahan dasar tepung beras yang dicampur gula dan santan. Kudapan ini memiliki rasa manis gurih yang berpadu nikmat.
Kue bongko buatan Halimah memiliki tiga varian, yakni ori, mutiara, dan pisang. Usaha ini dirintis sejak tahun 1970-an oleh nenek Halimah, Buk Ma.
Baca juga: Soto Mata Sapi Bu Mis, Kudapan Unik yang Memanjakan Lidah
Seingat Halimah, neneknya dulu bekerja di tempat pembuatan kue tradisional di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Di sana, Buk Ma mendapat bagian untuk membuat kue bongko. Dari situlah resep diperoleh dan mulai dikembangkan oleh Buk Ma setelah tak lagi bekerja.
"Jadi dulu itu, mbah saya kerja ikut orang China. Di sana banyak kue tradisional, salah satunya Bongko ini. Setelah tidak kerja lagi, nenek nyoba buat dan dijual, ternyata banyak yang suka," ungkap dia.
Kue Bongko buatan Halimah varian ori saat dinikmati pelanggan di Bangkalan, Jawa Timur, Minggu (27/4/2025). Berbekal keterampilannya itu, Buk Ma mulai mendapat banyak pesanan hingga dikenal di seluruh Bangkalan. Resep itu lalu diturunkan ke anaknya hingga kini diteruskan oleh Halimah.
Saat ini, dalam sehari Halimah membuat kue bongko sebanyak 600 bungkus.
Jumlah itu melonjak saat bulan Ramadhan mencapai 1.200 bungkus. Satu bungkus Kue Bongko, Halimah jual seharga Rp 5.000. Nantinya, pelanggan akan menjual seharga Rp 7.000 hingga Rp 10.000.
"Alhamdulillah, sampai sekarang pesanannya selalu banyak. Bahkan dari Rumah Makan Sinjay, ambilnya di sini. Setiap hari 200 bungkus," ujar perempuan yang memiliki lima anak tersebut.
Setiap hari, Halimah hanya memproduksi kue bongko dan tidak menjajakannya keluar. Sebab, semua pelanggannya selalu datang ke rumah mengambil pesanan untuk dijual kembali.
Banyaknya jumlah pesanan membuat Halimah merekrut tetangganya untuk membantu membuat pesanan setiap harinya.