MADIUN, KOMPAS.com - Perajin tempe di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, memperkecil ukuran tempe yang dijual di pasaran karena harga kedelai naik.
Sebab, bila tetap menggunakan ukuran yang sama, perajin akan merugi.
Suparti, salah satu perajin tempe di Desa Mojorayung, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, mengatakan, kenaikan kedelai berdampak pada keuntungannya.
Bila tetap menggunakan ukuran tempe yang sama, maka perajin akan merugi.
Baca juga: Perajin Tahu Tempe Menjerit, Harga Kedelai Impor Naik Imbas Perang Dagang AS
Menurut Suparti, jika memilih menaikkan harga tempe, maka perajin akan berisiko kehilangan pelanggan.
"Kami terpaksa mengurangi takaran tempenya atau memperkecil ukuran tempenya. Kalau kami naikkan harga tempe, kami berisiko kehilangan pelanggan tetap," ujar Suparti, Jumat (25/4/2025).
Baca juga: Musim Pancaroba, Setiap Hari Damkar Madiun Evakuasi Tawon Vespa
Suparti mengatakan, kenaikan kedelai impor sebagai bahan baku utama tempe terjadi sepekan terakhir. Bahkan, kenaikan harga terjadi setiap hari.
“Harganya naik setiap hari. Normalnya Rp 9.000 per kilogram. Kini menjadi Rp 11.000 per kilogram," kata Suparti.
Menurut Suparti, kenaikan harga kedelai kali ini menjadi yang tertinggi kedua setelah dua tahun lalu yang sempat menyentuh harga Rp 14.000 per kilogram.
Suparti mengaku keberatan dengan naiknya harga kedelai yang berdampak pada tingginya biaya produksi.
Kondisi itu juga menjadikan untung perajin tempe makin menipis.
Padahal, dalam sehari ia membutuhkan minimal 50 kilogram kedelai untuk membuat tempe dengan berbagai ukuran dan kemasan.
Tak hanya perajin, kenaikan harga kedelai impor belakangan juga berdampak pada penjual tempe eceran.
Sukemi, salah satu penjual tempe di Mojorayung, mengaku khawatir kehilangan pelanggan bila harga tempe terus naik.
“Kalau harganya terus naik, pelanggan kami akan berkurang. Apalagi pelanggan kami kebanyakan memiliki usaha kuliner. Mereka tidak mau kalau harga tempe naik," jelas Sukemi.
Sukemi berharap pemerintah turun tangan agar harga kedelai sebagai bahan baku utama tempe kembali normal.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang