Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelagat Aneh Korban TPPO di Kamboja Asal Banyuwangi Sebelum Meninggal Dunia

Kompas.com, 16 April 2025, 10:34 WIB
Fitri Anggiawati,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Keluarga dan teman baik Rizal Sampurna, pemuda 30 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) masih menanti informasi terbaru.

Mereka saat ini masih menunggu kabar pasti mengenai keberadaan jenazah Rizal yang diinformasikan meninggal pada 17 Maret 2025 saat dipekerjakan sebagai scammer di Kamboja.

Meski tak memiliki firasat perihal kematian Rizal, kini mereka perlahan menyusun kembali teka-teki dari gelagat aneh yang sempat ditunjukkan Rizal semasa hidupnya.

Video call ke adiknya (sepupu) sembunyi-sembunyi,” kata ibunda Rizal, Sulastri, di rumah mereka di Lingkungan Sukowidi, Klatak, Kalipuro pada Selasa (15/4/2025).

Baca juga: Kenangan Ibu Korban TPPO di Kamboja Asal Banyuwangi

Kepada adik sepupunya yang bernama Sifa, Rizal menunjukkan bagaimana lingkungan kerjanya, suasana mes, teman kerjanya, hingga bos-nya.

Namun, panggilan tatap muka itu tak bebas dilakukannya.

Rizal yang dipekerjakan sebagai scammer biasanya akan berpura-pura tengah menelepon pelanggan agar tidak ketahuan. “Terakhir telepon tanggal 16 Maret, minta doa agar selamat,” tutur Sulastri.

Gelagat aneh Rizal juga terekam dalam ingatan kawannya, Anis Zulkarnain, yang telah menjadi kawan karibnya sejak semasa sekolah, serta salah satu orang yang sering berkomunikasi dengannya saat Rizal telah berada di Kamboja.

Kepada Anis, Rizal mengaku bekerja sebagai scammer dengan gaji 800 dollar AS. Namun, pada kenyataannya, gaji yang diterimanya hanya sebesar 300 dollar AS. 

Hal yang cukup aneh yang masih diingat Anis adalah ketika kawannya itu bekerja dalam kondisi tangan terborgol saat melakukan panggilan video dengannya.

Namun, ketika ditanya, pria yang memiliki kepribadian tertutup dan pendiam itu tak menjelaskan lebih jauh dan justru mengatakan bahwa tangan terborgol adalah perlakuan yang biasa dia terima.

“Ya wis biasa kayak begini,” ucap Anis menirukan kalimat Rizal kepadanya.

Baca juga: Warga Banyuwangi yang Jadi Korban TPPO di Kamboja Dipekerjakan sebagai Scammer

Pada lain waktu, Rizal juga mengungkapkan kekhawatirannya apabila tak tembus target yang ditetapkan tempatnya bekerja, yaitu akan dipindah ke Myanmar atau Vietnam.

Rizal mengatakan bahwa dua negara itu adalah negara yang berbahaya, dan dia berharap hal tersebut tak terjadi.

Dia mengatakan mimpinya untuk melanjutkan hidup. Setelah bekerja selama setahun di Kamboja, dia hendak bekerja di Malaysia sebagai kuli.

“Dia bilang Kamboja lebih aman daripada Myanmar atau Vietnam. Kaget saya mendengar kabar Rizal meninggal dunia,” tuturnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau