BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sulastri, seorang ibu yang terpuruk dalam kesedihan, memeluk erat bingkai foto putra tunggalnya, Rizal Sampurna, yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.
Dalam wawancara pada Selasa (15/4/2025), Sulastri menceritakan betapa beratnya kehilangan yang dialaminya.
Tatapan kosong Sulastri mencerminkan kepedihan mendalam, meskipun ia berusaha tersenyum.
Senyum yang ditunjukkannya justru menandakan luka yang mendalam sebagai seorang ibu yang ditinggalkan oleh permata hatinya.
Baca juga: Warga Banyuwangi yang Jadi Korban TPPO di Kamboja Dipekerjakan sebagai Scammer
Ia mengenang kembali momen indah saat Rizal lahir ke dunia, memberikan pengalaman hidup yang tak terlupakan.
“Rizal lahir di tanggal cantik, di 5 Mei 1995. Waktu itu saya dapat hadiah banyak dari RSUD Blambangan,” kenangnya.
Rizal tumbuh di sebuah rumah kecil yang terletak di permukiman padat, hanya dapat diakses melalui jalan sempit yang cuma bisa dilewati pejalan kaki.
Meskipun dikenal sebagai anak yang pendiam dan tertutup, Rizal adalah sosok yang rajin bekerja.
Ia pernah merantau ke berbagai daerah, termasuk Lampung, Batam, Manado, dan terakhir di Bali sebagai pramusaji.
“Rizal kerja jauh untuk membantu perekonomian keluarga,” ungkap Sulastri, yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual nasi bungkus.
Baca juga: Pemuda Asal Banyuwangi Meninggal di Kamboja, Sempat Minta Didoakan
Kebiasaan Rizal adalah pergi tanpa memberi tahu terlebih dahulu, dan baru memberi kabar setelah tiba di tempat kerjanya.
Hal ini dilakukannya agar ibunya tidak khawatir.
Ketika memutuskan untuk berangkat ke Kamboja, Rizal terakhir kali izin bekerja di Bali pada Oktober 2024.
Namun, pada Januari 2025, ia tiba-tiba mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di Kamboja.
Sebelum menghilang, Rizal sempat mengirimkan uang untuk ibunya, tetapi mengalami kendala dalam tata cara pengiriman.