Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Asal Banyuwangi Meninggal di Kamboja, Sempat Minta Didoakan

Kompas.com, 15 April 2025, 16:27 WIB
Fitri Anggiawati,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang pemuda bernama Rizal Sampurna (30), warga Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.

Dugaan tersebut timbul setelah ibu Rizal, Sulastri, kehilangan jejak setelah mendapatkan kabar bahwa anak satu-satunya meninggal dunia saat bekerja di Kamboja.

“Terakhir menghubungi tanggal 13 Maret 2025, saya bilang, kamu di sana baik-baik saja. Dia bilang doain aja di sini selamat sehat,” kata Sulastri di rumahnya, Selasa (15/4/2025).

Baca juga: Marak Kasus TPPO, Pemerintah Larang Penempatan TKI ke Kamboja, Myanmar, dan Thailand

Rizal kembali berkabar ke sepupunya pada tanggal 16 Maret 2025 untuk meminta doa agar dia selamat. Belakangan diketahui bahwa sehari kemudian, yaitu 17 Maret 2025, Rizal meninggal dunia.

Diceritakan Sulastri, dua hari sebelum dia mendapatkan informasi bahwa anaknya meninggal dunia pada 7 April 2025, seseorang mendatangi rumahnya.

“Tanggal 5 April ada datang mengabari, kami tidak kenal juga. Orangnya pakaian biasa. Langsung cari saya, katanya dicariin alamat saya sudah berapa hari,” ujar Sulastri.

Baca juga: Sumut Rentan Terjadi Perdagangan Manusia, Bobby Bentuk Satgas TPPO

Diterangkan Sulastri, orang yang datang sendirian itu memegang foto KTP dan foto diri Rizal.

Namun ketika dimintai bukti bahwa Rizal telah meninggal dunia, pria tersebut tak dapat menunjukkan.

Orang tersebut mengaku kepada keluarga Rizal bahwa bukti foto dan bukti lainnya telah berada di pihak kepolisian Kamboja.

“Kata yang ngabari, (Rizal) sakit katanya,” tuturnya.

Baca juga: Tenaga Kerja Indonesia Dilarang Kerja di Thailand, Myanmar, dan Kamboja, Kenapa?

Sementara itu, Koordinator Pos Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Banyuwangi, Fery Meryanto, membenarkan informasi meninggalnya Rizal.

“P4MI Banyuwangi mendapatkan informasi 7 April 2025 dari KP2MI pusat, menginformasikan saat itu bahwa 1 pekerja migran Indonesia asal Banyuwangi meninggal di Kamboja,” kata Fery.

Pihaknya kemudian melakukan pengecekan, dan yang bersangkutan terindikasi bekerja ke Kamboja secara tidak prosedural atau tidak sesuai prosedur resmi.

Fery menambahkan, dari banyak kasus yang terjadi sebelumnya, pekerja yang terlibat kasus di Kamboja didominasi mereka yang dipekerjakan sebagai scammer hingga admin judi online.

TPPO di Kamboja, Myanmar, dan Thailand terindikasi sangat besar. Sehingga bagi masyarakat yang mendapatkan iming-iming pekerjaan di tiga negara tersebut sebaiknya tidak tergiur,” pesannya.

Saat ini, P4MI masih menunggu pembaruan informasi dan perkembangan selanjutnya dari KBRI di Kamboja terkait pemulangan jasad Rizal yang informasi terakhir berada di Yim Under Take Care Phnom Penh, Kamboja.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau