Meskipun industri tato semakin berkembang dengan dukungan alat-alat modern, Angga mengungkapkan tantangan tersendiri bagi para tattoo artist.
“Makin ngaco, orang gampang banget main comot-comot (mencuri) gambar dengan gampang karena makin pinter dan modern,” ujar pria lulusan Seni Murni ITB ini.
Bagi Angga, konsistensi merupakan kunci untuk menjadi seorang tattoo artist yang sukses.
Ia mengenal dunia tato sejak menempuh pendidikan di bangku perkuliahan pada tahun 2001, dan menyadari bahwa proses untuk menjadi seorang profesional memerlukan waktu dan dedikasi yang tinggi.
“Sekarang edukasinya makin kurang, penginnya instan, sedangkan untuk jadi tattoo artist tuh dedikasinya tinggi dan prosesnya panjang,” bebernya.
Pria berusia 42 tahun ini menekankan pentingnya menjadikan seni tato sebagai pekerjaan utama.
“Tidak bisa pagi kerja B, sorenya C, harus full time 100 persen. Dedikasinya harus tau arahnya kemana dan terus belajar lagi,” pungkas Angga.
Dengan semakin terbukanya pandangan masyarakat terhadap seni tato, tampaknya industri ini akan terus berkembang dan menjadi bagian dari gaya hidup modern di Indonesia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang