BLITAR, KOMPAS.com – Massa pesilat mengadakan konvoi mengendarai sepeda motor dan berkerumun sekitar 50 meter dari pintu gerbang Markas Polres Blitar di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Kamis, 13 Februari 2025.
Mereka mem-blayer-blayer mesin puluhan sepeda motor dan meneriakkan kata-kata berisi tuntutan penegakan hukum oleh pihak kepolisian.
Sempat terjadi ketegangan antara mereka dan aparat kepolisian yang mendatangi untuk membubarkan kerumunan.
Aksi tersebut berakhir dengan penangkapan 45 pesilat dan penahanan 43 unit sepeda motor.
Baca juga: Bikin Gaduh Dekat Markas Polisi, Puluhan Pesilat di Blitar Ditangkap
Kapolres Blitar AKBP Arif Fazlurrahman mengatakan bahwa maksud dari aksi para pesilat itu menuntut pihak kepolisian menjalankan penegakan hukum atas kasus perusakan tempat berlatih silat dan sepeda motor milik anggota mereka.
“Awalnya kami bingung. Ini kayak semacam protes gitu,” ujar Arif kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (14/2/2025) sore.
“Ternyata mereka meminta kepastian hukum atas kejadian yang dialami oleh teman mereka. Kalau tidak salah, kejadiannya di (Kecamatan) Sutojayan. Biasa, konflik antar anggota perguruan silat,” katanya.
Menurut Arif, konflik tersebut mengakibatkan sepeda motor dari anggota perguruan silat yang beraksi di dekat Mapolres Blitar itu rusak.
“Juga adanya aksi yang mengganggu markas atau tempat mereka berlatih silat. Semacam itulah,” tuturnya.
Kata Arif, kasus tersebut tengah ditangani Satreskrim Polres Blitar meskipun baru tahap penyelidikan. “Sudah ada LP-nya. Kasus itu sedang dalam penyelidikan,” ujarnya.
Arif menyayangkan bahwa aspirasi atau tuntutan yang mereka bawa disampaikan dengan cara yang kurang tepat serta mengganggu ketertiban umum dengan dampak terjadinya kemacetan di jalan nasional di mana aksi mereka berlangsung.
Baca juga: Berboncengan Tiga Usai Ujian Kenaikan Tingkat, 2 Pesilat Tewas Kecelakaan di Blitar
Penangkapan terhadap 45 pesilat, kata dia, dilakukan karena mereka menolak membubarkan diri saat pihak kepolisian memintanya dengan persuasif.
“Sempat ada kata-kata provokatif saat itu seperti ajakan untuk bersatu melawan petugas,” ujarnya.
Polisi menemukan fakta bahwa sebagian besar dari mereka berada dalam pengaruh minuman keras.
Polisi juga menemukan batu di beberapa jok motor mereka.
"Kami juga menemukan batu di beberapa jok depan bawah stir motor mereka. Ini berbahaya kalau sampai bertemu dengan kelompok lain di jalan bisa disasar," ujarnya.
Baca juga: Pelaku Mutilasi di Ngawi Ternyata Ketua Silat dan Anggota LSM Antikorupsi
Arif menyesalkan aksi tersebut karena beberapa jam sebelumnya, sejumlah ketua dan pengurus organisasi perguruan silat, termasuk ketua perguruan silat yang menaungi mereka, hadir di Mapolres Blitar untuk membuat deklarasi damai di antara perguruan silat.
Meski demikian, pagi hingga siang ini (Jumat), 45 pesilat tersebut telah diperbolehkan pulang ke rumah setelah menandatangani pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan serupa dengan disaksikan orang tua masing-masing.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang