Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasakan Angin Segar dan Debur Ombak di Kelenteng Sanggar Agung Surabaya

Kompas.com, 23 Januari 2025, 09:20 WIB
Adhitiya Prasta Pratama,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com — Debur ombak yang berbaur dengan semilir angin membawa kesejukan di Kelenteng Sanggar Agung di kawasan Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/1/2025).

Di sini, arsitektur megah khas Tionghoa tidak berdiri sendiri, melainkan berpadu harmonis dengan hamparan laut dan rimbunnya hutan bakau yang mengelilinginya.

Nuansa ini yang membuat Kelenteng Sanggar Agung berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya. Tidak jarang banyak wisatawan yang menikmati sisi unik dari kelenteng ini.

"Kan aku dari Madiun ya, kalau kelenteng di tempat asal ukurannya lebih kecil dan kurang terbuka untuk umum. Untuk acara juga lebih sedikit, sedangkan di kelenteng Surabaya itu lebih luas dan pengunjung bisa melihat proses ibadah," ungkap Avin Louis Tridova, wisatawan asal Madiun, Rabu.

Baca juga: Imlek, Kelenteng di Pangkalpinang Siapkan 12 Ton Beras untuk Warga Semua Agama

Kebanyakan orang menilai keunikan Kelenteng Sanggar Agung karena terletak pada lokasinya yang berada di tepi laut. Tapi, sebenarnya Kelenteng Sanggar Agung menawarkan lebih dari itu.

Wahyu Santoso, pengunjung lainnya, menjelaskan bahwa kelenteng ini berada di tengah kawasan wisata yang lengkap.

"Berada di kawasan tempat wisata. Berbagai macam arena dari water park, permainan anak-anak sampai tempat nongkrong menikmati laut sambil minum kopi," jelasnya.

Baca juga: Meriahkan Imlek, Kelenteng Eng An Kiong Malang Siapkan 3.000 Porsi Lontong untuk Cap Go Meh

Hal ini membuat Kelenteng Sanggar Agung bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang publik yang menjembatani berbagai budaya.

Tampilan Kelenteng Sanggar Agung, Surabaya, Rabu (22/1/2025)KOMPAS.com/Adhitiya Prasta Pratama Tampilan Kelenteng Sanggar Agung, Surabaya, Rabu (22/1/2025)

"Lokasinya persis di tepi laut area hutan bakau. Suasananya begitu nyaman dan tenang sebagai tempat ibadah. Selain itu ada panggung dan halaman yang luas untuk kegiatan lainnya," jelas Wahyu.

Tak jarang anak-anak muda mengabadikan momen indahnya di kelenteng ini.

"Hal yang buat menarik untuk berkunjung di sini, karena lokasi kelenteng yang menarik, karena ada di pinggir pantai. Terus sebentar lagi kan udah mau Imlek nih, jadi aku mau ngerasain gimana sih atmosfernya ketika ada di sini,” ungkap Moh. Ridho Fadhilah.

Nanang, warga Surabaya yang gemar memotret, mengatakan bahwa kelenteng ini adalah tempat yang pas untuk mengabadikan momen indah.

“Tempat yang bagus untuk mengambil gambar," komentar Nanang.

Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2576, Kelenteng Sanggar Agung semakin memperlihatkan perannya sebagai simpul budaya. Tidak hanya bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga bagi masyarakat Surabaya secara luas.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau