Salin Artikel

Merasakan Angin Segar dan Debur Ombak di Kelenteng Sanggar Agung Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com — Debur ombak yang berbaur dengan semilir angin membawa kesejukan di Kelenteng Sanggar Agung di kawasan Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/1/2025).

Di sini, arsitektur megah khas Tionghoa tidak berdiri sendiri, melainkan berpadu harmonis dengan hamparan laut dan rimbunnya hutan bakau yang mengelilinginya.

Nuansa ini yang membuat Kelenteng Sanggar Agung berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya. Tidak jarang banyak wisatawan yang menikmati sisi unik dari kelenteng ini.

"Kan aku dari Madiun ya, kalau kelenteng di tempat asal ukurannya lebih kecil dan kurang terbuka untuk umum. Untuk acara juga lebih sedikit, sedangkan di kelenteng Surabaya itu lebih luas dan pengunjung bisa melihat proses ibadah," ungkap Avin Louis Tridova, wisatawan asal Madiun, Rabu.

Kebanyakan orang menilai keunikan Kelenteng Sanggar Agung karena terletak pada lokasinya yang berada di tepi laut. Tapi, sebenarnya Kelenteng Sanggar Agung menawarkan lebih dari itu.

Wahyu Santoso, pengunjung lainnya, menjelaskan bahwa kelenteng ini berada di tengah kawasan wisata yang lengkap.

"Berada di kawasan tempat wisata. Berbagai macam arena dari water park, permainan anak-anak sampai tempat nongkrong menikmati laut sambil minum kopi," jelasnya.

Hal ini membuat Kelenteng Sanggar Agung bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang publik yang menjembatani berbagai budaya.

"Lokasinya persis di tepi laut area hutan bakau. Suasananya begitu nyaman dan tenang sebagai tempat ibadah. Selain itu ada panggung dan halaman yang luas untuk kegiatan lainnya," jelas Wahyu.

Tak jarang anak-anak muda mengabadikan momen indahnya di kelenteng ini.

"Hal yang buat menarik untuk berkunjung di sini, karena lokasi kelenteng yang menarik, karena ada di pinggir pantai. Terus sebentar lagi kan udah mau Imlek nih, jadi aku mau ngerasain gimana sih atmosfernya ketika ada di sini,” ungkap Moh. Ridho Fadhilah.

Nanang, warga Surabaya yang gemar memotret, mengatakan bahwa kelenteng ini adalah tempat yang pas untuk mengabadikan momen indah.

“Tempat yang bagus untuk mengambil gambar," komentar Nanang.

Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2576, Kelenteng Sanggar Agung semakin memperlihatkan perannya sebagai simpul budaya. Tidak hanya bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga bagi masyarakat Surabaya secara luas.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/23/092038378/merasakan-angin-segar-dan-debur-ombak-di-kelenteng-sanggar-agung-surabaya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com