MALANG, KOMPAS.com - Kampung Lampion di Jalan Juanda Jodipan Kota Malang, tampak sibuk jelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 28 Januari 2025 nanti. Sebab, pesanan membeludak dan harus segera selesai secepatnya.
Salah satu perajin, Abdul Latif yang juga saudara dari pemilik usaha lampion Akhmad Syamsudin mengatakan, pesanan tahun ini cukup banyak.
Salah satunya datang dari sebuah mal di Jakarta. Sebanyak 2.000 lampion harus selesai dalam waktu satu bulan.
"Untuk pengerjaan, siapa yang lebih cepat memesan akan kami dahulukan, apalagi kalau jumlahnya besar. Dalam sehari, kami bisa menghasilkan sekitar 100 lampion," ujar Latif kepada Kompas.com, Selasa (21/1/2025).
Baca juga: Sambut Imlek 2025, Pemkot Semarang Hiasi Kota dengan Ratusan Lampion
Lampion-lampion ini dibuat menggunakan bahan kain parasit yang disablon sesuai logo pesanan.
Kerangka lampion menggunakan rotan yang didatangkan dari Banyuwangi. Sedangkan bahan lain seperti kawat besar, kain dan lem diperoleh dari Malang.
Setiap lampion berdiameter 40 cm membutuhkan sekitar satu meter kain untuk pembuatannya.
Selain ukuran standar, para perajin juga melayani pesanan lampion kecil dengan diameter 10 cm hingga 20 cm. Bahkan, mereka pernah menyelesaikan pesanan sebanyak 100.000 lampion kecil.
Jelang Tahun Baru Imlek 2025 seorang perajin sedang membuat lampion pesanan di Jodipan Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (21/1/2025) siang. Di kampung ini, terdapat empat tempat usaha lampion yang semuanya dikelola sesama keluarga.
Biasanya, ada sekitar 10-11 orang yang terlibat dalam proses pengerjaan. Namun, saat pesanan besar datang, jumlah tenaga kerja bisa bertambah hingga 20 orang.
"Semua pekerja berasal dari kampung ini. Kalau ada orderan besar, anak-anak muda di sini ikut membantu," kata Latif.
Untuk Imlek 2025 ini harga lampion yang diproduksi bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 1 juta per buah, tergantung ukuran dan desainnya.
Baca juga: Mengukir Cahaya Tradisi, Kisah Para Perajin Lampion di Bandung
Sebelum pandemi Covid-19, pesanan lampion dari luar negeri, seperti Italia, Jerman, dan Arab Saudi cukup sering diterima.
Namun, pandemi selama tiga tahun lalu menyebabkan penurunan pesanan hingga 60 persen, dengan fokus produksi hanya untuk pasar dalam negeri.
Tahun ini, permintaan lampion mulai meningkat kembali. Sayangnya, pesanan dari pelanggan di Italia terpaksa tidak dilayani karena terlambat memesan.
Apalagi untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu, para perajin bekerja mulai pagi hingga dini hari.
"Biasanya, pesanan luar negeri butuh waktu dua bulan, termasuk pembuatan sampel. Tapi yang dari Jakarta memesan lebih awal, jadi kami dahulukan. Dalam sebulan, kami mampu menyelesaikan 2.000 lampion," tutur pria berusia 48 tahun ini.
Jelang Tahun Baru Imlek 2025 seorang perajin sedang menunjukkan hasil pesanan lampion di Jodipan Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (21/1/2025) siang.Usaha lampion ini berawal dari pengalaman Akhmad Syamsudin yang bekerja di Bali pada 1997 silam.
Setelah pemilik usaha tempatnya bekerja meninggal, para pegawai kembali ke daerah asal dan membuka usaha sendiri.
Baca juga: Imlek 2025 di Solo, Ribuan Lampion Hiasi Balai Kota hingga Pasar Gede
Sejak tahun 2000 ia membuka usaha ini yang terus berkembang hingga Kampung Lampion Jodipan menjadi ikon kerajinan lampion di Malang.
Kini, kampung ini menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan lampion, baik domestik maupun internasional, terutama saat momen-momen istimewa seperti Tahun Baru Imlek 2025.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang