MAGETAN, KOMPAS.com – Raut sedih tergambar dari sosok Muhammad Nur Hadi (45), bapak dari Didik Setyawan, salah satu korban tewas bencana tanah longsor di Jalan Kendedes, Ubung Kaja, Denpasar, Bali, pada Senin (20/1/2025) pagi sekitar pukul 07.00 Wita.
Terop dan kursi terpasang di halaman rumah yang terletak di Dukuh Sruwuh, Desa Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
“Dari kemarin warga sudah mengadakan pengajian dan nanti malam masuk hari ke-3 kami adakan tahlilan untuk anak saya. Kalau jenazah anak saya masih di Bali,” ujar Muhammad Nur Hadi, ditemui di rumahnya Selasa (21/1/2025).
Baca juga: Liang Lahat Korban Longsor di Bali Sudah Siap, Didik dan Dwi Akan Dimakamkan Berdampingan
Nur Hadi mengaku tak menduga putra keduanya pergi begitu cepat. Putranya menjadi salah satu korban meninggal akibat bencana tanah longsor saat berada di rumah kontrakannya.
Dia mengaku sempat menghubungi kedua anaknya. Anaknya yang pertama, Prengky Putra Pramono, juga bekerja bersama Didik Setiawan di Bali pada Hari Minggu (20/1/2025) siang.
“Saya sempat pesan hati-hati di tempat kerja dan semoga keduanya sehat selalu,” imbuhnya.
Nur Hadi juga mengaku sempat curhat bahwa sapi yang dia pelihara mati karena terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Baca juga: Empat Korban Meninggal Dunia karena Longsor di Bali Dipastikan Warga Magetan
Dia juga mengaku ingin menyusul kedua anaknya untuk ikut bekerja di Bali karena di rumah tak ada lagi kegiatan mencari rumput karena kedua sapinya mati.
“Saya sempat bilang kalau sapinya mati kena PMK, ya Didik bilang tidak usah dipikir, nanti beli lagi. Dia juga melarang saya berangkat ke Bali untuk bekerja karena sudah banyak pekerja di sana,” ucap Nur Hadi.
Nur Hadi menerima kabar duka pada Hari Senin (20/1/2025) sekitar pukul 08.00 WIB dari anaknya Prengky yang selamat dalam kejadian longsor.
Dari cerita anak pertamanya, korban Didik Setiawan sudah bangun, namun dia masih berada di kamar kontrakan main HP.
Sementara anak pertamanya berada di pintu ruang depan rumah saat bencana longsor terjadi.
“Anak pertama saya berada di pintu rumah, sementara Didik saat kejadian masih di kamar main HP. Kakaknya sempat lari menyelamatkan diri, tapi Didik tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.
Nur Hadi mengaku hanya bisa pasrah dengan nasib yang menimpa anaknya, Didik. Dia berharap jenazah anaknya segera dipulangkan dan dimakamkan di kampung halamannya.
“Ya ikhlas, semua saya serahkan kepada yang Maha Hidup. Informasinya hari ini dipulangkan dan besok sampai di sini. Kami ingin segera memakamkan secara layak,” pungkasnya.