Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Warga Desa Pragak Magetan, 4 Keluarganya Tewas dalam Bencana Longsor di Bali

Kompas.com, 22 Januari 2025, 05:43 WIB
Sukoco,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Raut sedih tergambar dari sosok Muhammad Nur Hadi (45), bapak dari Didik Setyawan, salah satu korban tewas bencana tanah longsor di Jalan Kendedes, Ubung Kaja, Denpasar, Bali, pada Senin (20/1/2025) pagi sekitar pukul 07.00 Wita.

Terop dan kursi terpasang di halaman rumah yang terletak di Dukuh Sruwuh, Desa Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

“Dari kemarin warga sudah mengadakan pengajian dan nanti malam masuk hari ke-3 kami adakan tahlilan untuk anak saya. Kalau jenazah anak saya masih di Bali,” ujar Muhammad Nur Hadi, ditemui di rumahnya Selasa (21/1/2025).

Baca juga: Liang Lahat Korban Longsor di Bali Sudah Siap, Didik dan Dwi Akan Dimakamkan Berdampingan

Nur Hadi mengaku tak menduga putra keduanya pergi begitu cepat. Putranya menjadi salah satu korban meninggal akibat bencana tanah longsor saat berada di rumah kontrakannya.

Dia mengaku sempat menghubungi kedua anaknya. Anaknya yang pertama, Prengky Putra Pramono, juga bekerja bersama Didik Setiawan di Bali pada Hari Minggu (20/1/2025) siang.

“Saya sempat pesan hati-hati di tempat kerja dan semoga keduanya sehat selalu,” imbuhnya.

Nur Hadi juga mengaku sempat curhat bahwa sapi yang dia pelihara mati karena terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Baca juga: Empat Korban Meninggal Dunia karena Longsor di Bali Dipastikan Warga Magetan

Dia juga mengaku ingin menyusul kedua anaknya untuk ikut bekerja di Bali karena di rumah tak ada lagi kegiatan mencari rumput karena kedua sapinya mati.

“Saya sempat bilang kalau sapinya mati kena PMK, ya Didik bilang tidak usah dipikir, nanti beli lagi. Dia juga melarang saya berangkat ke Bali untuk bekerja karena sudah banyak pekerja di sana,” ucap Nur Hadi.

Nur Hadi menerima kabar duka pada Hari Senin (20/1/2025) sekitar pukul 08.00 WIB dari anaknya Prengky yang selamat dalam kejadian longsor.

Dari cerita anak pertamanya, korban Didik Setiawan sudah bangun, namun dia masih berada di kamar kontrakan main HP.

Sementara anak pertamanya berada di pintu ruang depan rumah saat bencana longsor terjadi.

“Anak pertama saya berada di pintu rumah, sementara Didik saat kejadian masih di kamar main HP. Kakaknya sempat lari menyelamatkan diri, tapi Didik tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.

Nur Hadi mengaku hanya bisa pasrah dengan nasib yang menimpa anaknya, Didik. Dia berharap jenazah anaknya segera dipulangkan dan dimakamkan di kampung halamannya.

“Ya ikhlas, semua saya serahkan kepada yang Maha Hidup. Informasinya hari ini dipulangkan dan besok sampai di sini. Kami ingin segera memakamkan secara layak,” pungkasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau