Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Pekerja Migran asal Banyuwangi Pemilik Didu's Homestay

Kompas.com, 17 Januari 2025, 11:03 WIB
Fitri Anggiawati,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Suasana tenang dan asri sangat terasa di Didu's Homestay yang berlokasi di Desa Rejosari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Namun di balik tenangnya homestay yang berdiri sejak tahun 2015 itu, ada perjuangan berliku yang dilewati pemiliknya, Djoko Subagio dan istri, Maya Kusmayati, sebelum penginapan berkonsep rumah Osing, suku asli Banyuwangi tersebut berdiri.

Djoko mengaku, dengan berbekal pengalaman kerja di hotel dan kapal pesiar, dia memberanikan diri untuk mencoba hal baru dengan melamar kerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) ke Jepang.

“Saya mencoba apply ke Jepang tahun 2003 saat berusia 25 tahun,” kata Djoko mengawali kisahnya.

Baca juga: Kisah Sukses Melihat Peluang Usaha di Tengah Gaji Terbatas

Dengan kemampuan bahasa Jepang yang sangat minim bahkan nyaris tidak ada, dia bekerja di Prefektur Aichi, yang terletak di wilayah Chubu di bagian tengah Pulau Honshu.

“Saya bekerja kasar di pabrik part mobil. Pekerjaan yang sangat jauh berbeda dengan bidang saya sebelumnya yaitu hotel dan kuliner,” tutur dia.

Namun, hal tersebut tak menyurutkan niatnya, dia tetap pada pendiriannya untuk bekerja dengan baik. Nyatanya, usaha tak mengkhianati hasil.

Dengan keuletan serta kemampuan bahasa Inggris yang dia miliki, Djoko mendapatkan atensi positif dari petinggi perusahaan dan karirnya pun menanjak. Dia berhasil menjadi supervisor area kurun waktu tiga tahun.

“Kerja di Jepang sangat ketat dan etos kerja sangat tinggi. Tapi ketika pekerjaan kita bagus, kita juga sangat dihargai, saya bahkan dibelikan apartemen tinggal,” kata dia.

Kendati begitu, dia tak ingin terlelap di zona nyaman. Dengan beberapa pertimbangan termasuk keinginan untuk berdekatan dengan orangtua, Djoko memutuskan kembali ke Indonesia dengan modal yang sudah dikumpulkannya di Jepang.

“Kembali ke Indonesia, jauh berbeda lagi yang dilakukan. Saya pernah jual telur keliling hingga budidaya cacing tifus, semua saya lakukan,” ungkap Djoko.

Baca juga: Grand Max Pakai Gas Melon, Kisah Sukses Pedagang Elpiji di Pamekasan

Namun lambat laun, modal mulai menipis, dan jalan lain dia lakoni. Dia membantu kawan untuk mendirikan dua restoran di Pulau Dewata dan memimpin restoran tersebut.

Bisnis ini  berjalan dengan baik, dan rumah makan itu bahkan memiliki banyak pelanggan tetap dari luar negeri.

Hingga suatu ketika seorang pengunjung tetapnya yang berasal dari Eropa Timur memuji restoran tersebut.

Pengunjung itu meyakini Djoko sudah berhasil dan sepatutnya bangga dengan pencapaian itu.

“Tetapi saya bilang bahwa itu bukan restoran saya, saya hanya menjalankan. Dia kaget dan bertanya lalu apa bisnis saya, saya juga kaget dan tidak bisa menjawab."

"Dari situ saya terpikir untuk menjalankan bisnis saya sendiri,” ujar Djoko.

Membangun penginapan

Djoko Subagio di penginapannya, Didu's Homestay, Glagah, Banyuwangi, Kamis (16/1/2025) KOMPAS.com/ FITRI ANGGIAWATI Djoko Subagio di penginapannya, Didu's Homestay, Glagah, Banyuwangi, Kamis (16/1/2025)

Tekadnya kian bulat. Djoko kembali ke Banyuwangi dan membangun penginapan, dengan bekal obrolan dengan bule asal Eropa Timur itu.

Turis itu pula yang saat itu membantu Djoko dengan memberi masukan terkait pemasaran melalui aplikasi AirBnB.

Baca juga: Kisah Sukses Bertemu Jodoh di Aplikasi Kencan, Kini Menuju Pelaminan

Sempat disangka aneh oleh orang sekitar karena membangun penginapan di tengah tanah kebun yang gelap.

Dia pun perlu waktu sebulan untuk membangun kamar pertamanya dengan bantuan seorang kawan.

“Pada hari saat penginapan masuk ke AirBnB, saat itu selesai bersih-bersih, langsung dapat orderan pertama dari Jerman,” kata Djoko bersemangat.

Bukannya tenang menunggu tamu datang, Djoko justru kelimpungan menyiapkan fasilitas yang belum lengkap.

Meski saat itu sudah ada aliran listrik, namun belum ada kasur dan perangkat lainnya di dalam kamar itu.

“Kasur dan kipas angin saya satu-satunya yang di rumah, saya taruh di kamar penginapan. Saya sendiri tidur di karpet,” kenang dia sambil tertawa.

Berkat upaya yang dilakukan, tamu asal Jerman tersebut merasa nyaman. Terlebih, Djoko juga mengajak tamu untuk berkeliling dan mengenal desa sekitar penginapan.

“Tamu yang awalnya booking dua hari, berlanjut sampai lima hari. Dari situ pelan-pelan penginapan saya berkembang,” kata dia.

Baca juga: Kisah Eks Pekerja Migran Bambang Sutrisno, Terapkan Ilmu di Korea untuk Kelola Usaha

Berproses, kini ada sembilan kamar yang berdiri di penginapannya, dengan pasar wisatawan mayoritas berasal dari Eropa, mulai dari Belanda, Belgia, Perancis, dan Jerman.

Memulai bisnis dengan dukungan dan masukan sang istri, saat ini Didu's Homestay mampu memberdayakan belasan masyarakat sekitar, mulai dari pesanan makanan hingga cuci baju.

“Di penginapan ini tidak ada restoran. Menu saya ambil dari warga, nanti tamu pesan, saya pesan ke warga."

"Ojeknya juga ibu-ibu warga sekitar. Bagian informasi juga anak-anak muda baru lulus sekolah yang punya sedikit kemampuan bahasa Inggris,” urai Djoko.

Kini, Djoko mulai memanen jerih payahnya dan menikmati perjuangannya membangun bisnis tersebut tanpa lupa untuk terus berupaya berinovasi.

“Intinya hargai proses. Proses itu yang akan jadi cerita dan kita nikmati. Saya bisa bicara seperti ini karena saya sudah melaluinya,” sebut dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau