Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Surabaya Tak Kapok Rusak Fasum Demi Berburu Koin Jagat

Kompas.com, 13 Januari 2025, 18:56 WIB
Izzatun Najibah,
Aryo Putranto Saptohutomo

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Puluhan orang menyebar di Taman Jembatan Ujung Galuh, Surabaya. Mereka sibuk mengorek tanaman yang tumbuh subur di sekitar taman.

Ada yang membungkuk berusaha mencari koin di bawah pot tanaman, sementara temannya berjinjit untuk mengintip di balik pelepah pohon palem.

Salah seorang dewasa bahkan nekat memanjat pohon tanpa pengaman yang berada di tengah taman, yang kira-kira memiliki tinggi 4 meter.

Warga Surabaya yang didominasi laki-laki ini mencoba mengharapkan keberuntungan dari pencarian koin jagat.

Jika berhasil menemukan, kabarnya bisa ditukar dengan e-money yang nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Baca juga: Taman Tegalega Bandung Diperbaiki Usai Dirusak Pemburu Koin Jagat

Warga Surabaya memanjat pohon demi mencari koin jagat du Taman Jembatan Ujung Galuh, Senin (13/1/2025)KOMPAS.com/ IZZATUN NAJIBAH Warga Surabaya memanjat pohon demi mencari koin jagat du Taman Jembatan Ujung Galuh, Senin (13/1/2025)

“Saya cuma ikut-ikutan saja, biasanya saya jualan, tapi hari ini mumpung libur,” kata Sugeng, warga Ngagel yang mencari koin jagat di Taman Ujung Galuh Surabaya, Senin (13/1/2025).

Pria berusia 55 tahun ini mencari koin jagat dengan berbekal satu ranting pohon yang dia gunakan untuk membuka ruang di sela-sela tanaman.

Baru sehari ikut mencari koin jagat, Sugeng sampai menginjak-nginjak rumput taman. Saat ditegur, dia hanya melontarkan kata maaf.

“Maaf ya,” ucapnya kepada Kompas.com.

Bukan hanya Sugeng, sebagian dari mereka juga ikut menginjak rumput untuk mencari koin jagat. Saat ditanya soal larangan merusak fasilitas umum, mereka mengaku tidak tahu.

Baca juga: Taman dan Fasilitas Kota di Bandung Rusak akibat Ulah Pemburu Koin Jagat

Di sisi lain, tidak ada satu pun petugas Satpol PP Pemkot Surabaya berjaga atau berkeliling di sekitar Jembatan Ujung Galuh pada pukul 15.00 WIB.

Ribuan kendaraan juga berlalu lalang begitu saja melihat fenomena yang sepekan belakangan ramai di kota-kota besar ini.

Warga Surabaya yang mencari koin jaga di sela-sela tanaman Taman Jembatan Ujung Galuh, Senin (13/1/2025)KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Warga Surabaya yang mencari koin jaga di sela-sela tanaman Taman Jembatan Ujung Galuh, Senin (13/1/2025)

“Awalnya itu di Jakarta, kemudian menyebar ke Bandung, Surabaya, dan Bali,” kata Andre Fransisco (21), salah satu pemburu koin jagat di Taman Jembatan Ujung Galuh.

Sudah sepekan Andre mengharapkan keberuntungan dari penemuan koin. Sepulang kuliah, dia kembali berburu di titik lokasi keberadaan koin jagat sesuai dengan aplikasi.

“Saya penasaran beneran dapat uang atau tidak. Kemarin saya nyari ke Tugu Pahlawan,” ucap Andre.

Baca juga: Pencarian Koin Jagat di Taman Tegalega Bandung Sepi, Warga Pindah Lokasi

Andre menyadari banyak fasilitas umum di Surabaya, terutama di area terbuka hijau, yang rusak akibat ulah pemburu koin jagat.

“Sebenarnya kalau ada fasilitas umum yang rusak, aplikasi jagat itu sudah tahu lewat deteksi, dan penemu koin dapat dibatalkan (tidak bisa ditukar dengan koin),” ujar Andre.

Dia berharap masyarakat lebih cerdas dalam memanfaatkan fenomena ini dengan tidak merusak taman kota.

“Nyari ya nyari, tapi jangan sampai merusak fasilitas umum juga,” tandas warga Sukomanunggal Surabaya tersebut.

Aplikasi Jagat menyembunyikan sejumlah koin dengan tiga kategori, yakni bronze yang memiliki nilai tukar Rp 300 ribu - 1 juta, silver mencapai Rp 10 juta, dan gold senilai Rp 100 juta.

Baca juga: Kementerian Komdigi Bakal Telusuri Pelanggaran Aplikasi Koin Jagat

Berdasarkan lokasi real-time, koin jagat lebih banyak menyebar ke taman-taman yang berada di pusat Kota Surabaya. Akibatnya, banyak fasilitas umum yang rusak.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, sudah melarang warganya menjadi pemburu koin jagat karena banyak merusak fasilitas umum.

Bahkan, dia tidak segan-segan untuk melaporkan siapapun pihak yang terlibat dalam penyebaran koin jagat ke pihak kepolisian. Pihaknya juga sudah mengantongi sejumlah barang bukti berupa rekaman CCTV taman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau