SURABAYA, KOMPAS.com - Puluhan orang menyebar di Taman Jembatan Ujung Galuh, Surabaya. Mereka sibuk mengorek tanaman yang tumbuh subur di sekitar taman.
Ada yang membungkuk berusaha mencari koin di bawah pot tanaman, sementara temannya berjinjit untuk mengintip di balik pelepah pohon palem.
Salah seorang dewasa bahkan nekat memanjat pohon tanpa pengaman yang berada di tengah taman, yang kira-kira memiliki tinggi 4 meter.
Warga Surabaya yang didominasi laki-laki ini mencoba mengharapkan keberuntungan dari pencarian koin jagat.
Jika berhasil menemukan, kabarnya bisa ditukar dengan e-money yang nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Saya cuma ikut-ikutan saja, biasanya saya jualan, tapi hari ini mumpung libur,” kata Sugeng, warga Ngagel yang mencari koin jagat di Taman Ujung Galuh Surabaya, Senin (13/1/2025).
Pria berusia 55 tahun ini mencari koin jagat dengan berbekal satu ranting pohon yang dia gunakan untuk membuka ruang di sela-sela tanaman.
Baru sehari ikut mencari koin jagat, Sugeng sampai menginjak-nginjak rumput taman. Saat ditegur, dia hanya melontarkan kata maaf.
“Maaf ya,” ucapnya kepada Kompas.com.
Bukan hanya Sugeng, sebagian dari mereka juga ikut menginjak rumput untuk mencari koin jagat. Saat ditanya soal larangan merusak fasilitas umum, mereka mengaku tidak tahu.
Di sisi lain, tidak ada satu pun petugas Satpol PP Pemkot Surabaya berjaga atau berkeliling di sekitar Jembatan Ujung Galuh pada pukul 15.00 WIB.
Ribuan kendaraan juga berlalu lalang begitu saja melihat fenomena yang sepekan belakangan ramai di kota-kota besar ini.
“Awalnya itu di Jakarta, kemudian menyebar ke Bandung, Surabaya, dan Bali,” kata Andre Fransisco (21), salah satu pemburu koin jagat di Taman Jembatan Ujung Galuh.
Sudah sepekan Andre mengharapkan keberuntungan dari penemuan koin. Sepulang kuliah, dia kembali berburu di titik lokasi keberadaan koin jagat sesuai dengan aplikasi.
“Saya penasaran beneran dapat uang atau tidak. Kemarin saya nyari ke Tugu Pahlawan,” ucap Andre.
Andre menyadari banyak fasilitas umum di Surabaya, terutama di area terbuka hijau, yang rusak akibat ulah pemburu koin jagat.
“Sebenarnya kalau ada fasilitas umum yang rusak, aplikasi jagat itu sudah tahu lewat deteksi, dan penemu koin dapat dibatalkan (tidak bisa ditukar dengan koin),” ujar Andre.
Dia berharap masyarakat lebih cerdas dalam memanfaatkan fenomena ini dengan tidak merusak taman kota.
“Nyari ya nyari, tapi jangan sampai merusak fasilitas umum juga,” tandas warga Sukomanunggal Surabaya tersebut.
Aplikasi Jagat menyembunyikan sejumlah koin dengan tiga kategori, yakni bronze yang memiliki nilai tukar Rp 300 ribu - 1 juta, silver mencapai Rp 10 juta, dan gold senilai Rp 100 juta.
Berdasarkan lokasi real-time, koin jagat lebih banyak menyebar ke taman-taman yang berada di pusat Kota Surabaya. Akibatnya, banyak fasilitas umum yang rusak.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, sudah melarang warganya menjadi pemburu koin jagat karena banyak merusak fasilitas umum.
Bahkan, dia tidak segan-segan untuk melaporkan siapapun pihak yang terlibat dalam penyebaran koin jagat ke pihak kepolisian. Pihaknya juga sudah mengantongi sejumlah barang bukti berupa rekaman CCTV taman.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/13/185626878/warga-surabaya-tak-kapok-rusak-fasum-demi-berburu-koin-jagat