Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iseng "Sulap" Paralon Jadi Lampu Hias, Nurul Raup Omzet Jutaan Rupiah Per Hari

Kompas.com, 14 November 2024, 13:29 WIB
Muhlis Al Alawi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Nurul Huda, seorang mantan pekerja migran Indonesia (PMI) asal Desa Bacem, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, berhasil mengubah keisengannya "menyulap" paralon menjadi lampu hias, menjadi sebuah usaha yang menguntungkan.

Bahkan, saat ini omzet yang dihasilkan mencapai jutaan rupiah per hari. Kini, berbagai model dan ukuran lampu hias berbahan paralon terpajang di rumah Nurul Huda.

Bentuk lampu hias tersebut beragam, mulai dari kotak, persegi, hingga menyerupai tabung.

Inspirasi Nurul untuk membuat lampu hias ini muncul setelah ia pulang dari bekerja di Malaysia akibat terpaan pandemi Covid-19 empat tahun lalu.

Baca juga: Pria Lansia Ini Sulap Kaleng Cat Bekas Jadi Lampu Hias dan Laku Keras

"Saat itu saya pulang bekerja dari Malaysia karena pandemi Covid-19. Saya pikir daripada menganggur, saya coba buat lampu gantung dari paralon," ungkap Huda di Madiun, Kamis (14/11/2024).

Berbekal pembelajaran otodidak melalui media sosial, Huda mulai menyulap paralon polos menjadi kerajinan lampu hias yang unik dan menarik.

Proses pembuatannya dimulai dengan memotong paralon sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian mengamplas permukaannya agar mudah dilapisi cat.

Selanjutnya, Huda membentuk potongan paralon menggunakan api dan cetakan sesuai selera, bisa berbentuk separo bola atau kotak.

"Setelah dibentuk, paralon itu dipotong permukaannya sesuai desain yang diinginkan. Kemudian dirangkai dan dicat," jelas Huda.

Baca juga: Dapur Wajib Ngebul, Perjuangan Mantan Sopir Taksi Jadi Perajin Lampu Hias

Tak disangka, setelah dipasarkan, peminat lampu hias paralon buatannya semakin meningkat. Huda bahkan mengaku sampai kewalahan dengan banyaknya pesanan.

Untuk memenuhi permintaan yang terus bertambah, ia merekrut delapan karyawan agar dapat memproduksi lebih banyak barang.

Saat ini, terdapat sembilan model lampu hias yang dihasilkan oleh Huda, dengan model yang paling laris adalah jenis kotak lubang yang persegi.

Model ini biasanya digunakan sebagai hiasan di pilar, teras, ruang tamu, atau ornamen di taman.

Lampu hias paralon karya Nurul dijual melalui lokapasar dengan sistem reseller. Harga satu unit lampu hias karya Nurul berkisar antara Rp 70.000-Rp 100.000.

Baca juga: Penuh Lampu Hias, Kantor Polisi Ini Sering Dikira Kafe

Pelanggannya tidak hanya berasal dari daerah setempat, tetapi juga dari luar daerah hingga luar pulau.

Dalam sehari, Nurul rata-rata dapat menjual sekitar 40 buah lampu hias, dan sering kali ada pembeli yang memborong puluhan lampu hiasnya untuk sekali kirim.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau