Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Gerombolan Kupu-Kupu di Kediri, Diduga Migrasi Cari Makan

Kompas.com, 5 November 2024, 11:26 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Gerombolan kupu-kupu yang beterbangan dengan jumlah yang cukup banyak tengah menjadi pembicaraan hangat oleh warga di Kediri, Jawa Timur, sepekan ini.

Kupu-kupu tersebut berpostur kecil dengan warna hijau maupun kekuningan. Mereka terbang berpendar namun menuju ke arah yang sama, yaitu ke timur.

“Belakangan ini kok tiba-tiba ada banyak kupu, kenapa ya?” tanya Genda, seorang warga, Selasa (5/11/2024).

Baca juga: Yogyakarta International Airport Diserbu Kupu-kupu, Apa yang Terjadi?

Dari pandangan bidang pertanian, banyaknya kupu-kupu itu merupakan bagian dari siklus alamiah yang biasa terjadi di musim pancaroba.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemerintah Kota Kediri, Ridwan, mengatakan bahwa pada siklus itu tidak hanya menyebabkan banyaknya muncul kupu-kupu tetapi juga serangga lainnya.

“Kalau di dunia pertanian, diyakini bahwa serangga (hama tanaman jenis serangga) banyak bermunculan di musim pancaroba seperti sekarang ini,” ujar Ridwan, Selasa.

Dosen Biologi Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kota Kediri, Tutut Indah Sulistiyowati menjelaskan bahwa fenomena kupu-kupu tersebut merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi menjelang masuknya musim penghujan pada bulan November seperti saat ini.

Di waktu itu, jumlah kupu-kupu menjadi tampak lebih banyak dan bahkan melimpah dibandingkan dengan musim sebelumnya.

Hal itu menurutnya wajar dan alamiah. Pasalnya, menjelang musim hujan, kelembapan udara naik dan banyak bunga mulai bermekaran.

“Itu wajar dan alami. Cuma mereka populernya baru sekarang karena ada yang videoin aja, kan,” ujar Tutut Indah Sulistyowati, Selasa.

Kupu-kupu tersebut, kata dia, terbang untuk bermigrasi mencari sumber daya makanan, yakni bunga-bunga yang tengah bermekaran.

Adapun terbang ke timur diduga karena di wilayah tersebut banyak tumbuhan yang bisa menjamin kelangsungan hidup mereka. Seperti, mencari tempat yang membuat tertopangnya pangan, menemukan pasangan, penempatan telur untuk meneruskan perkembangbiakan.

“Sebab kupu itu unik. Mereka punya navigational memory yang secara genetik diturunkan,” ujar Tutut perihal arah terbang kupu-kupu tersebut.

Adapun kupu-kupu tersebut, menurutnya, adalah dari genus Eurema, namun dirinya belum mengetahui pasti spesiesnya.

Genus Eurema yang paling sering dijumpai adalah Eurema sari dan Eurema hecabe.

Baca juga: Fenomena Kebakaran Beruntun di Palangka Raya, Ada Indikasi Pembakaran Disengaja

“Harus dicek lagi dia spesiesnya apa, karena genus Eurema banyak spesiesnya,” lanjutnya.

Melimpahnya kupu-kupu itu sendiri menurutnya merupakan sinyal positif, terutama manfaat penyerbukan. Sebab, kupu merupakan polinator (serangga yang membantu penyerbukan) yang baik.

“Artinya akan ada banyak bunga yang diserbuk oleh mereka,” ujarnya.

Sedangkan dari sudut pandang pengusaha, kupu pada fase metamorfosis ulat berpotensi mengganggu, terutama jika keberadaan mereka sudah tahap merusak dan dikategorikan hama.

“Mereka kan baru boleh dikatakan hama kalau sudah merusak di atas EIL (economic injury level). Tapi melihat populasi kupu sekarang, belum di garis EIL mestinya,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau