SURABAYA, KOMPAS.com - Warga di sekitar pembangunan tunnel atau terowongan penghubung Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) menuju Kebun Binatang Surabaya (KBS) mengeluh sumurnya kering dan rumahnya retak.
Diketahui, peristiwa tersebut dialami oleh warga di RT01 RW06 dan RT11 RW05 Kelurahan Sawunggaling serta RT09 RW05 Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Baca juga: Proyek Terowongan TIJ-KBS Surabaya Diperkirakan Rampung November
Salah satu warga, Linda, mengatakan rumahnya mengalami kekeringan air sejak dua bulan yang lalu. Akhirnya, dia terpaksa memenuhi kebutuhannya dari sumur milik kampung.
"Imbasnya kita warga susah mendapatkan air karena di sini kebanyakan pakai sumur. Kami rela antre untuk mandi dan kebutuhan memasak," kata Linda saat ditemui, Kamis (31/10/2024).
Linda mengungkapkan, kondisi sumur kering tersebut baru terjadi ketika proses pembangunan terowongan itu berlangsung. Dia mengkhawatirkan kondisi ini masih akan berlangsung lama.
Selain itu, kata Linda, bahkan beberapa tetangganya mengalami peristiwa yang lebih parah. Mereka mengeluhkan tembok rumahnya retak karena getaran alat berat proyek.
"Setiap malam sulit tidur, suara pembangunan kencang, terus getarannya itu terasa di dinding rumah. Getarannya terasa sekali, sampai ada yang cerita rumahnya retak di beberapa bagian," jelasnya.
Sementara itu, Ketua RT 1 RW 5, Soi, membenarkan ada laporan sebanyak 14 pompa air warga terganggu, 4 sumur besar mulai mengering, dan 4 rumah mengalami keretakan.
"Kami sudah sampaikan keluhan beberapa kali ke pihak kelurahan dan pekerja proyek. Tapi, mereka tidak menengok ataupun sosialisasi terkait pembangunan sampai sekarang," kata Soi.
Oleh karena itu, Soi berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menemui masyarakat setempat dalam waktu dekat. Sebab, pembangunan tunnel tersebut sudah berdampak buruk.
"Harapannya ada sosialisasi kepada warga langsung, karena dari awal pembangunan tunnel ini belum ada sosialisasi. Tapi sudah dijanjikan rumah warga yang rusak ini akan diperbaiki," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang