KEDIRI, KOMPAS.com - Debat publik perdana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (24/10/2024) malam, berlangsung sengit dengan saling sentil dan saling serang antar-pasangan calon.
Kedua pasangan calon tersebut yakni paslon nomor urut 1 Deny Widyanarko-Mudawamah dan paslon nomor urut 2 Hanindhito Himawan Pramana-Dewi Mariya Ulfa yang merupakan petahana.
Semua segmen sejak dimulainya debat dengan tema pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga kependudukan itu suasananya berlangsung cukup keras.
Baca juga: Pemkab Kediri Buka 850 Lowongan PPPK untuk Tenaga Honorer
Segmen pertama tentang disparitas akses internet bagi pelajar, misalnya, kedua pasangan tersebut sudah langsung saling adu argumen.
Yakni, dimulai dengan Deny yang mengkritik kepemimpinan Dhito yang dinilainya gagal dalam menunaikan janji politiknya perihal pemerataan akses digital.
“Kami punya program WiFi gratis tiap dusun. WiFi gratis di setiap dusun ini sebenarnya pernah dijanjikan oleh paslon 2, tapi karena tidak ditunaikan ke depan kami yang tunaikan,” kata Deny yang langsung disambut teriakan oleh pendukungnya.
Baca juga: Pilkada Kediri, Petahana Pamer Infrastruktur hingga Janji Program Makan Bergizi 30.000 Siswa PAUD
Dhito dalam kesempatan tanggapan, langsung meresponsnya dengan menganggap Deny salah memahami maksud pertanyaan panelis dan Dhito meluruskannya bahwa obyek pertanyaan adalah pelajar bukan dusun.
“Yang ditanyakan adalah disparitas (internet) siswa-siswi yang tinggal di pegunungan dan perkotaan. Di sekolah, bukan di dusun. Itu kami di periode pertama kalau ada kekurangan ya wajar,” ujar Dhito menanggapi Deny.
Dalam segmen yang lain, Deny mempertanyakan banyak program dalam visi dan misi selama masa kepemimpinan Dhito yang dianggapnya tidak terlaksana. Serta menyoroti kondisi Kabupaten Kediri yang disebutnya tertinggal dengan wilayah tetangga, misalnya tentang indeks pembangunan manusia yang tertinggal dari Kota Kediri.
Hal tersebut langsung ditanggapi Dhito dengan menyebutkan sejumlah capaian pembangunan fisik dan non-fisik hingga prestasi yang telah diraihnya. Pembangunan pasar hingga jembatan yang disebutnya sebagai penunjang pertumbuhan investasi dan ekonomi hingga kawasan aerotropolis dengan adanya bandara.
“IPM kita 74,68. Penduduk Kota Kediri hanya 400.000 (bukan perbandingan) kita 1,7 juta penduduk. Kalau dianggap kami enggak punya program, kami punya bukti,” jawab Dhito.
Selanjutnya, Dhito dalam kesempatan bertanya mempertanyakan Deny perihal mitigasi conflict of interest jika seorang kepala daerah yang kebetulan berlatar belakang pengusaha mempunyai usaha di daerah yang dipimpinnya.
Dhito juga menyampaikan adanya perusahaan yang dianggapnya tidak mentaati peraturan yang ada. Perihal perusahaan tersebut disampaikan Dhito dalam beberapa kesempatan berbicara.
Poin ini akhirnya memicu perdebatan yang cukup sengit antar-keduanya.
Deny yang berlatar belakang pengusaha rokok tersebut langsung menganggap hal tersebut sebagai serangan personal dan menyatakan kalau dirinya sudah keluar dari perusahaan rokok tersebut.