Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Poltracking, Khofifah-Emil Unggul Jauh dari 2 Pasangan Lain pada Pilkada Jatim

Kompas.com, 19 September 2024, 16:54 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak mengungguli bakal calon gubernur dan wakil gubernur lainnya pada Pilkada Jatim berdasarkan survei Poltracking Indonesia.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan secara wawancara tatap muka, elektabilitas Khofifah-Emil mencapai 57,3 persen.

"Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) 22,7 persen, Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim 2,2 persen. Sisanya 17,8 persen tidak tahu dan tidak jawab,” kata Hanta, saat konfrensi pers, Kamis (19/9/2024).

Baca juga: PKB Usulkan Musyafak Rouf Jadi Ketua DPRD Jatim 2024-2029

Survei Poltracking Indonesia ini dilakukan pada 4 hingga 10 September 2024 dengan metode multistage random sampling. Mereka mengambil sampel di 38 kabupaten dan kota seluruh Jatim.

Survei itu melibatkan 1.200 responden dengan tingkat margin of error di angka 2,9 persen dan tingkat kepercayaan di angka 95 persen. Sedangkan, 20 persen di antaranya didatangi lagi untuk verifikasi.

Baca juga: Jika Terpilih Jadi Gubernur Jatim, Risma Gandeng RW untuk Ciptakan Lapangan Kerja

Hanta mengungkapkan, hasil survei tersebut menjadi gambaran pasangan incumbent Khofifah-Emil masih jauh mengungguli dua pasangan lainnya, yakni Risma-Gus Hans dan Luluk-Lukman.

"Warga Jatim, kekuatan petahana Khofifah-Emil cukup kuat dan bisa dikatakan tangguh melampaui angka psikologis incumbent yaitu sebesar hampir 60 persen yaitu 57,3 persen,” ucapnya.

“Tapi di sisa dua setengah bulan ke depan memilki kemungkinan pergeseran, undecided voters ini akan ke mana, bisa memiliki potensi ke tiga pasangan ini, pada hari H tentu ini menjadi 0,” tambahnya.

Risma-Gus Hans sendiri disebut masih memiliki peluang untuk mendekati paslon Khofifah-Emil. Sedangkan, untuk Luluk-Lukman jauh lebih sulit karena selisih yang lebih jauh.

"Penantang Risma-Gus Hans ada potensi untuk tumbuh di angka 22,7 persen dan Bu Luluk relatif sangat rendah. Saya kira agak sulit untuk mengingmbangi dua kekuatan ini," ujarnya.

Lebih lanjut, para penantang memiliki peluang apabila bisa meyakinkan undecided voters. Selain itu, kedua pasangan juga bisa mendapat suara dari warga yang kurang puas dengan incumbent.

"Rumusnya dalam hukum elektoral, incumbent atau petahana relatif memang lebih bisa cendrung turun ketimbang naik," jelasnya.

"Tapi apakah peluang Khofifah faktor incumbent ini bisa lebih besar menaikkan atau menurunkan, kita harus bisa melihat tingkat aprroval rating atau tingkat kepuasannya seperti apa," tutupnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau