Eksploitasi terhadap Bustomy yang dilakukan oleh ayah sambungnya sejak bocah itu berusia delapan tahun.
Sampai akhirnya, momen Bustomy sedang menggendong karung dengan pakaian lusuh diabadikan konten kreator, diunggah ke media sosial Instagram dan akhirnya viral.
Hari ini, Pj Bupati Bangkalan Arief M. Edie bersama perwakilan Sekretariat Presiden mendatangi rumah Bustomy untuk memberikan peringatan kepada ayah sambung Bustomy agar tidak lagi menyuruh anak ini menjadi pemulung.
"Tadi sudah disampaikan pokoknya anak itu harus sekolah, tidak boleh mulung bagi, siapa yang menyuruh dia mulung akan dikenakan Undang-undang Perlindungan Anak," tegas Arief.
Selain itu, Arief juga menyampaikan, pemerintah pusat akan menjamin biaya pendidikan Bustomy hingga lulus SD.
Arief menambahkan, pemerintah juga menjamin alat kebutuhan sekolah adik Bustomy yang masih menempuh pendidikan anak usia dini (PAUD).
"Sudah diberikan jaminan oleh Presiden sampai lulus SD dengan adiknya yang masih PAUD, mulai seragam, kebutuhan ATK-nya, tas dan hingga sepatu."
"Jadi enggak usah mikir kebutuhan sekolah, semuanya sudah dijamin," kata Arief.
Tak hanya itu, Pj Bupati juga mengatakan, pihaknya memberikan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari, uang tabungan pendidikan, dan peralatan masak berupa kompor gas lengkap dengan perabotnya untuk digunakan sang ibu berjualan.
"Tabungan tersebut dititipkan ke pihak sekolah sampai Bustomy lulus SD yang penggunaannya harus diketahui oleh Pj Bupati, Kadinsos, Kapolsek, Dandim dan Kepala Desa."
"Agar biaya kebutuhan sekolah Bustomy tidak diambil oleh bapaknya," ujar dia.
Pj Bupati juga menjelaskan, kondisi kedua orangtua Bustomy masih dalam keadaan sehat, rumahnya juga permanen, sehingga tidak ada alasan untuk tetap menyuruh anaknya menjadi pemulung.
"Makanya kami minta untuk tidak lagi mulung karena tidak pada tempatnya anak kecil itu bekerja memulung, mereka harus sekolah."
"Nanti akan diawasi terus itu. Sebenarnya anak ini tidak mulung, kantongnya kosong," ucap dia.
Orangtua Bustomy enggan dimintai keterangan soal dugaan ekploitasi terhadap Bustomy.
Namun, cerita tentang dugaan eksploitasi kepada Bustomy ini dibenarkan Koramil Labang Kapten Inf Parnowo, di mana rumah orangtua Bustomy terletak di belakang markas Koramil Labang.
Menurut Parnowo, eksploitasi kepada Bustomy itu sudah diketahui oleh banyak warga sekitar, sebab setiap hari, sepulang sekolah, Bustomy langsung disuruh menjadi pemulung oleh ayah tirinya.
Namun, menurut dia, Bustomy tidak benar-benar menjadi pemulung, sebab karung yang biasa digendongnya tidak ada isinya.
"Memang ketakutan anak itu sama orangtuanya. Sedangkan karung yang dibawa itu enggak ada isinya, jadi settingan saja itu supaya dapat iba gitu dari masyarakat, sehingga memberikan uang kepada anak ini," ujar dia.
Dia juga mengatakan, Pemkab Bangkalan meminta agar Bustomy tidak lagi disuruh menjadi pemulung agar fokus ke pendidikannya.
Namun ayah tiri Bustomy saat itu sempat menolak dengan alasan agar anaknya itu tetap membantu mencari penghasilan untuk kedua orangtuanya.
"Mau disekolahkan bahkan sampai kuliah, tapi dengan syarat saya diberi uang Rp200.000 setiap hari karena untuk beli rokok kebutuhan saya," kata dia menirukan perkataan ayah tiri Bustomy.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang