Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga yang Dusunnya Terisolasi akibat Banjir Lahar Semeru

Kompas.com, 20 April 2024, 18:25 WIB
Miftahul Huda,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Ratusan warga yang tinggal di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih merasakan dampak dari banjir lahar hujan Gunung Semeru yang menerjang aliran Sungai Regoyo.

Banjir memutus jembatan yang menjadi satu-satunya akses untuk keluar masuk dusun.

Akibatnya mobilitas warga terhambat. Putusnya jembatan membuat warga terpaksa berjalan kaki menyeberangi sungai yang menjadi tempat aliran lahar.

Baca juga: 3 Dusun di Lumajang Terisolasi Imbas Jembatan Putus akibat Banjir Lahar Semeru

Warga harus menanggung risiko, namun tak punya pilihan lain. Saat bahan makanan di rumah habis, mereka harus berbelanja di dusun sebelah yang ada di seberang sungai.

Painem, warga Dusun Sumberlangsep mengatakan, kondisi ini sebenarnya sudah beberapa kali terjadi. Banjir lahar hujan Semeru biasanya datang di musim penghujan meskipun intensitasnya masih tergolong ringan.

Namun, banjir lahar yang terjadi pada Kamis (18/4/2024) malam disebutnya sangat besar hingga memutus jembatan penghubung yang biasa dilewati oleh warga.

Baca juga: Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Painem dan ratusan warga yang lain pun terpaksa berjalan kaki melintasi aliran Sungai Regoyo demi mendapatkan bahan baku makanan untuk makan anak dan suaminya.

"Mau beli gas buat masak, sama beli makanan, di sana toko-toko sudah habis jadi nyeberang mau beli," kata Painem usai melintasi jalur yang sebelumnya dilalui aliran lahar di Sungai Regoyo, Sabtu (20/4/2024).

Tak ada listrik

Kondisi di Dusun Sumberlangsep semakin parah dengan matinya aliran listrik sejak malam terjadinya banjir lahar.

Sebab, tiang listrik yang ada di sisi sungai ambruk diterjang banjir lahar. Kabel dan tiang listrik tampak terpendam material pasir dan batu.

Khodijah, warga Sumberlangsep bercerita, tak ada listrik di desanya saat malam hari. Semua rumah hanya diterangi lampu minyak yang sinarnya tidak mampu menembus gelapnya malam.

Baca juga: 2 Warga Meninggal Dunia akibat Banjir Lahar Semeru

Ia dan warga lainnya terpaksa membeli minyak tanah setiap hari ke dusun seberang maupun ke Pasar Pasirian agar rumahnya sedikit lebih terang.

"Mau beli minyak buat oblik (lampu minyak), lampunya kan mati, jadi kalau malam ya enggak kelihatan apa-apa, makanya pakai oblik," kata Khodijah.

Beberapa warga juga menggunakan senter untuk menyinari rumahnya agar tidak terlalu gelap dan tetap bisa beraktivitas.

Namun, warga harus pergi ke dusun seberang pada siang harinya untuk mengisi daya baterai senter.

"Mau charge baterai senter buat persiapan nanti malam, supaya enggak terlalu gelap," ujar Ani, warga Sumberlangsep.

Belum ada bantuan

Painem dan Khodijah kompak menjelaskan, sejak banjir pada Kamis malam, belum ada bantuan logistik yang masuk ke dusunnya.

Sehingga, warga harus menyebrangi aliran Sungai Regoyo untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Belum ada (bantuan) sama sekali, kalau ada kan enggak nyeberang buat belanja," tegas Painem dan Khodijah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau