Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hemat Uang dan Waktu, Warga Pamekasan Mudik lewat Pelabuhan "Tikus"

Kompas.com - 04/04/2024, 13:54 WIB
Taufiqurrahman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

 

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Puluhan warga asal Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, memilih naik kapal kayu untuk mudik Idul Fitri tahun ini.

Kapal tersebut, mengangkut penumpang dari Kabupaten Pamekasan, tepatnya dari pelabuhan "tikus" di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, menuju Pelabuhan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. 

Pelabuhan tikus ini dikelola oleh nelayan setempat untuk penyeberangan warga dari Pamekasan ke Pelabuhan Besuki, Kabupaten Situbondo. 

Baca juga: Puncak Arus Mudik di Jalur Banyumas Diprediksi Tanggal 7-8 April 2024

Salah satu warga asal Kecamatan Pademawu, Jamaludin Akbar, mengatakan, mudik lewat jalur laut memiliki kelebihan dibandingkan naik transportasi darat seperti bus.

Dari ongkos perjalanan, naik kapal kayu lebih murah. Masing-masing orang dipatok Rp 60.000. Jika membawa motor ke dalam perahu, biayanya Rp 90.000.

"Kalau orang dan motor hanya Rp 150.000. Naik bus ke Situbondo bisa Rp 250.000 per orang," kata Jamaluddin saat ditemui sebelum pemberangkatan perahu, Kamis (4/4/2024). 

Kelebihan lainnya, waktu perjalanan mudik menggunakan kapal kayu lebih singkat dibandingkan transportasi darat. Perjalanan laut menggunakan kapal kayu bisa ditempuh maksimal 4 jam. Sedangkan perjalanan darat bisa mencapai 8 jam. Jika terkena macet, bisa 12 jam. 

"Kalau cuaca bagus seperti hari ini, perjalanan ke Situbondo bisa hanya 3 jam," kata Jamal. 

Kelebihan selanjutnya adalah ketika berada di atas kapal kayu, penumpang bisa santai karena bisa sambil tiduran, selonjoran. Suasana semacam itu tidak ditemukan saat mudik menggunakan kendaraan pribadi ataupun bus angkutan umum. 

"Kalau selama perjalanan tidur, tidak terasa tiba-tiba sudah sampai di Situbondo," ungkap Jamal.

Awak kapal, Moh Soleh mengatakan, mudik Idul Fitri melewati jalur "tikus" dengan kapal kayu, dari tahun ke tahun peminatnya semakin berkurang. Hal itu karena banyak travel angkutan yang masuk ke rumah-rumah warga. Bahkan warga juga langsung diantar sampai ke tujuan. 

"Puncak mudik lebaran pada Ramadhan tahun ini hanya sekali. Penumpangnya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana seminggu bisa dua kali penyeberangan ke Jawa," ujar Soleh. 

Baca juga: Jelang Lebaran, Warung Dadakan Bermunculan di Jalur Mudik Banyumas

Pemudik yang naik kapal kayu rata-rata dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Mereka ingin pulang ke kampung halamannya bersama keluarga, sekaligus bisa membawa motor. 

"Kalau kelas ekonomi menengah ke atas sudah banyak yang naik travel atau bus patas," ungkap Soleh. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pantai Ngalur di Tulungagung: Daya Tarik, Lokasi, dan Rute

Pantai Ngalur di Tulungagung: Daya Tarik, Lokasi, dan Rute

Surabaya
Ramai soal UKT Universitas Brawijaya, Wakil Rektor Sebut Sudah Sesuai Regulasi

Ramai soal UKT Universitas Brawijaya, Wakil Rektor Sebut Sudah Sesuai Regulasi

Surabaya
Cerita Tukang Ojek di Malang Rutin Menabung sejak 1998 hingga Bisa Melaksanakan Ibadah Haji

Cerita Tukang Ojek di Malang Rutin Menabung sejak 1998 hingga Bisa Melaksanakan Ibadah Haji

Surabaya
Pengakuan Warga yang Terusir dari Rusunawa Gunungsari Surabaya: Nunggak 2 Tahun dan Tak Boleh Nyicil

Pengakuan Warga yang Terusir dari Rusunawa Gunungsari Surabaya: Nunggak 2 Tahun dan Tak Boleh Nyicil

Surabaya
Polisi Amankan Puluhan Kayu Jati Ilegal dan 3 Pelaku Pencuri Kayu di Inhutani Ngawi

Polisi Amankan Puluhan Kayu Jati Ilegal dan 3 Pelaku Pencuri Kayu di Inhutani Ngawi

Surabaya
Mantan Kades di Malang Ditangkap atas Kasus Korupsi DD Rp 646 Juta

Mantan Kades di Malang Ditangkap atas Kasus Korupsi DD Rp 646 Juta

Surabaya
Ayah dan Anak di Probolinggo Aniaya Saudara sampai Kritis, Dipicu Masalah Sertifikat Tanah

Ayah dan Anak di Probolinggo Aniaya Saudara sampai Kritis, Dipicu Masalah Sertifikat Tanah

Surabaya
Debt Collector Abal-abal Rampas Motor Seorang Ibu di Jalan, Alasannya Menunggak Angsuran

Debt Collector Abal-abal Rampas Motor Seorang Ibu di Jalan, Alasannya Menunggak Angsuran

Surabaya
Pengosongan 43 Unit Rusunawa di Surabaya Memanas, Satu Anak Terluka

Pengosongan 43 Unit Rusunawa di Surabaya Memanas, Satu Anak Terluka

Surabaya
Viral soal Penerima Beasiswa KIP Hedon, Mahasiswi Unej: Itu Ulah Oknum, Kami Dirugikan

Viral soal Penerima Beasiswa KIP Hedon, Mahasiswi Unej: Itu Ulah Oknum, Kami Dirugikan

Surabaya
3.228 Kasus TBC Ditemukan di Surabaya Usai Periksa Kelompok Rentan

3.228 Kasus TBC Ditemukan di Surabaya Usai Periksa Kelompok Rentan

Surabaya
Nelayan Bangkalan Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter

Nelayan Bangkalan Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter

Surabaya
Remaja Korban Ledakan Balon Udara di Ponorogo Meninggal dalam Perawatan

Remaja Korban Ledakan Balon Udara di Ponorogo Meninggal dalam Perawatan

Surabaya
Diah Pun Tak Pernah Pulang...

Diah Pun Tak Pernah Pulang...

Surabaya
'Flushing' 2 Bendungan di Blitar, Warga Diimbau Jauhi Sungai Brantas

"Flushing" 2 Bendungan di Blitar, Warga Diimbau Jauhi Sungai Brantas

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com