Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Suyatno, Buruh Tani di Bojonegoro yang Didakwa Mencuri Ayam "Jimat" Milik Kades Senilai Rp 4,5 Juta

Kompas.com, 27 Januari 2024, 14:26 WIB
Hamim,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

TUBAN, KOMPAS.com - Suyatno (58), buruh tani asal Desa Pandantoyo, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menjadi terdakwa kasus pencurian ayam jimat milik Kepala Desa Pandantoyo senilai Rp 4,5 juta.

Suyatno pun harus menjalani rangkaian proses persidangan di Pengadilan Negeri Bojonegoro. Pada Rabu (24/1/2024), Suyatno juga hadir dalam persidangan dengan agenda pembacaan dakwaan. 

Baca juga: Kehabisan Uang dan Sakit-sakitan di Bali, Kakek Asal Belgia Dideportasi

Kasus pencurian ayam

Muhammad Hanafi, kuasa hukum kakek Suyatno menceritakan, terdakwa dituduh telah mencuri ayam jago milik Siti Kholifah yang merupakan kepala desa setempat. 

Terdakwa sempat dipanggil ke balai desa untuk mediasi dengan kepala desa bersama Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan disaksikan perangkat desa setempat.

Namun, proses mediasi di kantor desa tidak membuahkan hasil sesuai keinginan kepala desa, karena terdakwa tidak mau mengakui telah mencuri ayam jago milik kepala desa.

 Baca juga: Capres Ganjar Pranowo Disambut dengan Seekor ayam Jantan di Rumah Adat Ruteng Puu Manggarai NTT

"Saat di balai desa, terdakwa tidak mau mengakui, karena tidak merasa mencuri ayam Bu Kades," kata Muhammad Hanafi kepada Kompas.com, Jumat (26/1/2024).

Selanjutnya, pihak keluarga Siti Kholifah, Kepala Desa Pandantoyo pun melaporkan kakek Suyatno dengan tuduhan pencurian ayam ke kantor Polsek Temayang.

Beberapa hari kemudian, terdakwa dipanggil ke Polres dan dilakukan pemeriksaan atas kasus pencurian yang dituduhkan kepadanya. 

Saat diperiksa penyidik Polres Bojonegoro, Suyatno tetap bersikukuh tidak merasa mencuri ayam milik kepala desanya. 

Sehingga, terdakwa hanya diminta wajib lapor ke Polres Bojonegoro, sepekan sekali selama tiga bulan lalu sebulan sekali selama setahun lebih.

Ditahan

Ilustrasi ayam jantan wirestock/ freepik Ilustrasi ayam jantan

Tiba-tiba pada 10 Januari 2024, Suyatno dipanggil oleh penyidik Satreskrim Polres Bojonegoro dan dipertemukan dengan Siti Kholifah.  

"Terdakwa sempat ditawari restorasi justice dengan iming-iming akan bebas, tetapi terdakwa bersikukuh tidak mau karena merasa tidak mencuri ayam," terang Muhammad Hanafi.

Selanjutnya, terdakwa dilakukan penahanan atas laporan pencurian dan dijerat dengan pasal 362 KUHP tentang pencurian dan pasal 480 tentang penadahan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Baca juga: Tersangka Pencurian di Ketapang Tewas dengan Luka Lebam dan Bekas Peluru, Polisi Sebut Sesak Napas

Muhammad Hanafi menuturkan, sebelumnya Suyatno membeli ayam jago tersebut dari Pasar Dander seharga Rp 110.000 dan menjualnya seharga Rp 120.000 di Pasar Temayang.

Saat transaksi tersebut ayam yang dijual terdakwa diketahui serupa dengan ayam jago milik Kepala Desa Pandantoyo, Siti Kholifah yang telah hilang beberapa hari sebelumnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau