Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Dosen Poltekom Malang, Hanya Digaji Rp 1 Juta Per Bulan Selama 3 Tahun

Kompas.com - 21/11/2023, 17:38 WIB
Nugraha Perdana,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Politeknik Kota Malang (Poltekom), Panji Peksi Branjangan, membeberkan kondisi carut marut kampus tempatnya mengajar.

Dia mengaku hanya digaji Rp 1 juta setiap bulannya selama tiga tahun terakhir.

Dosen program studi Teknik Mekatronika itu, mengatakan, seharusnya upah yang diterima setiap dosen sekitar Rp 3 juta. Sedangkan sejak April 2020, upah yang diterima tidak sesuai.

Baca juga: Diduga Dosen Tidak Digaji 3 Tahun, Mahasiswa Poltekom Kota Malang Pasang Spanduk Kritik Yayasan Kampus

Meski dalam kondisi tersebut, Panji tetap memilih mengajar karena merasa masih memiliki tanggung jawab moral.

"Mengingat karena masih ada dua angkatan yang belum saya luluskan," kata Panji saat dihubungi pada Selasa (21/11/2023).

Pembayaran upah yang tidak sesuai berdampak pada sistem pembelajaran bagi mahasiswa. Sebab, para dosen harus menyesuaikan ongkos akomodasi untuk mengajar.

"Jadi kami perhitungkan untuk transportasi Rp 1 juta itu cukupnya untuk berapa kali berangkat ke kampus, untuk berapa hari. Itu kami sesuaikan," katanya.

Beban lebih berat lagi, para dosen tersisa terpaksa harus merangkap mengajar beberapa mata kuliah. Hal ini karena berkurangnya jumlah dosen yang ada.

Baca juga: UGM Berhentikan Dosen Fisipol Eric Hiariej, Dugaan Kasus Pelecehan Seksual

"Dengan mengajar mata kuliah yang merangkap ini, harusnya kami dibayar lebih malahan. Tapi gaji kami saat ini seperti disamakan dengan petugas cleaning service," katanya.

Selain itu, Panji bersama dosen-dosen lainnya sempat menanyakan kepada pihak kampus mengapa gajinya tak dibayarkan secara penuh.

Namun pihak kampus dari direktur dan wakil direktur hanya menyampaikan atau menjawab hal-hal yang tidak sesuai diharapkan dan hanya memberikan janji.

Bahkan, dikatakannya, terdapat dosen-dosen yang keluar dan meninggal saat pandemi Covid-19 tetapi gajinya belum diselesaikan, atau belum diberikan kepada keluarga mereka.

"Ini sangat disesalkan. Selama ini kami sudah mengupayakan dengan meminta kepada direktur untuk bertemu pihak yayasan. Tapi selama ini tidak pernah berhasil."

"Pernah kami menanyakan soal hanya dibayar Rp 1 juta, dan dari direktur atau wakil direktur itu cuma menjanjikan akan dibayar sisanya. Tapi buktinya apa sampai sekarang ya cuman Rp 1 juta setiap bulan," katanya.

Baca juga: Viral Mahasiswi di Sumenep Dinikahi Dosen 3 Hari setelah Wisuda

Pria yang sudah menjadi dosen di Poltekom sejak 2010 itu juga mengaku heran dengan maksud pihak kampus masih menerima mahasiswa baru tahun 2023.

Padahal, situasi dan kondisi kampus tidak ada kejelasan.

"Ada satu angkatan mahasiswa baru 2023 ini belum mengikuti mata perkuliahan. Dari direktur tidak pernah menghubungi dosen terkait, mekanisme mengajar dan gajinya seperti apa."

"Sehingga yang menjadi korban para mahasiswa baru ini karena tidak ada kejelasan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Home Industry' Pil Ekstasi di Surabaya Digerebek, 6,7 Juta Pil Dobel L dan Carnophen Disita

"Home Industry" Pil Ekstasi di Surabaya Digerebek, 6,7 Juta Pil Dobel L dan Carnophen Disita

Surabaya
Pilkada Lumajang, Indah Amperawati Daftar Bacabup ke Partai Demokrat

Pilkada Lumajang, Indah Amperawati Daftar Bacabup ke Partai Demokrat

Surabaya
Remaja di Gresik Ditangkap Polisi karena Cabuli Pacar

Remaja di Gresik Ditangkap Polisi karena Cabuli Pacar

Surabaya
Pengakuan Keluarga Sugiati soal Pembongkaran Rumah oleh Anaknya

Pengakuan Keluarga Sugiati soal Pembongkaran Rumah oleh Anaknya

Surabaya
Cucu Pendiri NU Lathifah Shohib Daftar Bacalon Bupati Malang ke PKB

Cucu Pendiri NU Lathifah Shohib Daftar Bacalon Bupati Malang ke PKB

Surabaya
34 Anak di Sumenep Terpapar TBC, Pemkab Lakukan Skrining Besar-besaran

34 Anak di Sumenep Terpapar TBC, Pemkab Lakukan Skrining Besar-besaran

Surabaya
Tangki Diduga Bocor, Mobil di Magetan Terbakar Saat Isi BBM

Tangki Diduga Bocor, Mobil di Magetan Terbakar Saat Isi BBM

Surabaya
Melawan Arus dan Marah, Pengendara Motor di Malang Diteriaki Maling

Melawan Arus dan Marah, Pengendara Motor di Malang Diteriaki Maling

Surabaya
Pembobol Toko Kue di Surabaya Ditangkap, 2 Pelaku Ditembak di Kaki

Pembobol Toko Kue di Surabaya Ditangkap, 2 Pelaku Ditembak di Kaki

Surabaya
Jalur Piket Nol Lumajang Ditutup, Pengendara Diminta Lewat Probolinggo

Jalur Piket Nol Lumajang Ditutup, Pengendara Diminta Lewat Probolinggo

Surabaya
Mantan Bupati Nganjuk Daftar Bacabup ke Demokrat, Ketua DPC: Prioritas Kami Tetap Kader

Mantan Bupati Nganjuk Daftar Bacabup ke Demokrat, Ketua DPC: Prioritas Kami Tetap Kader

Surabaya
Kronologi Penggerebekan Judi Sabung Ayam Berujung 1 Warga Tewas di Ngawi, 2 Luka-luka

Kronologi Penggerebekan Judi Sabung Ayam Berujung 1 Warga Tewas di Ngawi, 2 Luka-luka

Surabaya
Kronologi Tabrakan 2 'Speedboat' di Telaga Sarangan

Kronologi Tabrakan 2 "Speedboat" di Telaga Sarangan

Surabaya
Waspada Semeru Keluarkan Awan Panas dan Jarak Luncur Tak Diketahui

Waspada Semeru Keluarkan Awan Panas dan Jarak Luncur Tak Diketahui

Surabaya
Bentrok Antar-pemuda di Madiun, 3 Luka Berat dan 4 Luka Ringan

Bentrok Antar-pemuda di Madiun, 3 Luka Berat dan 4 Luka Ringan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com