Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamax yang Mencemari Sumur Warga di Kediri...

Kompas.com, 3 Oktober 2023, 06:28 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Krisiandi

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com- Awal September lalu, sumur warga di Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, berbau.

Tidak hanya satu sumur, tapi mencapai 14 sumur. Baik sumur bor maupun sumur gali. Ada dugaan sumur mereka tercemar. 

Sebanyak 16 kepala keluarga dan anggota keluarganya yang ada di lingkungan Rukun Tetangga 05 Rukun Warga 02 itu terdampak pencemaran. Mereka tak lagi punya sumber air bersih sendiri.

Untuk mencukupi kebutuhan air baik, untuk minum maupun mencuci, keluarga-keluarga itu menggantungkan stok air yang dipasok oleh pemerintah daerah setiap hari.

Bahkan warga sempat dilanda kecemasan karena cemaran itu berbau Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga ada yang terbakar jika disulut api.

Baca juga: Pencemaran Sumur di Kediri, Pertamina Tutup 1 SPBU untuk Pengecekan Tangki

Sehingga mereka sempat menutup akses lingkungan mereka dengan memasang portal di pintu masuk gang. Tujuannya untuk mengantisipasi kebakaran yang mungkin saja bisa terjadi.

"Kesepakatan warga untuk mengamankan lingkungan dari kebakaran, akhirnya lingkungan ditutup sementara," ujar Ketua RT/RW: 5/02 Abdullah Mubarok saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/9/2023).

Saat itu warga sudah curiga dan menduga pencemaran tersebut diakibatkan oleh rembesan BBM yang berasal dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Kebetulan keberadaannya hanya sekitar 65 meter dari permukiman warga.

Namun untuk membuktikan dugaan itu bukan perkara mudah. Warga masih harus bersabar dengan kondisinya itu karena pengujian asal usul cemaran yang ada juga butuh waktu.

Baca juga: Air Sumur Warga di Kediri Diduga Tercemar, Terbakar jika Disulut Api

Pengujian itu tidak melibatkan tiga lembaga. Mulai dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri yang menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur, hingga tim independen bentukan warga dan Pertamina.

Pengujian itu dalam bentuk metode yang beragam. Mulai dari pengujian sampel air sumur, pengujian geolistrik dan pemetaan tanah, hingga pengujian tekanan (pressure test and pneumatic test) di instalasi SPBU.


Bahkan ada sejumlah metode pengujian yang dilakukan lebih dari sekali karena gejolak yang terjadi di masyarakat akibat isu-isu yang menyertainya. Gejolak itu pula, salah satunya yang menyebabkan keterlibatan pihak penguji swasta.

"Ya kami memang merasakan ini (pemeriksaan) berlangsung lama. Tapi kami juga menghormati proses-proses yang ada," ujar Abdullah Mubarok pada Kompas.com, Rabu (27/9/2023).

Warga saat itu mendesak segera ditemukan asal usul penyebabnya agar segera pula ditentukan langkah-langkah penanganannya.

Hasil pengujian

Sumur air warga Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, tercemar. Terbakar jika disulut api.Dok.Pemkot Kediri Sumur air warga Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, tercemar. Terbakar jika disulut api.
Setelah beberapa lama menunggu, titik terang penanggulangan perkara tersebut mulai tersingkap. Beberapa pengujian telah menemukan hasilnya, meski ada beberapa hasil pengujian lain yang belum kelar.

Halaman:


Terkini Lainnya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau