Salin Artikel

Pertamax yang Mencemari Sumur Warga di Kediri...

Tidak hanya satu sumur, tapi mencapai 14 sumur. Baik sumur bor maupun sumur gali. Ada dugaan sumur mereka tercemar. 

Sebanyak 16 kepala keluarga dan anggota keluarganya yang ada di lingkungan Rukun Tetangga 05 Rukun Warga 02 itu terdampak pencemaran. Mereka tak lagi punya sumber air bersih sendiri.

Untuk mencukupi kebutuhan air baik, untuk minum maupun mencuci, keluarga-keluarga itu menggantungkan stok air yang dipasok oleh pemerintah daerah setiap hari.

Bahkan warga sempat dilanda kecemasan karena cemaran itu berbau Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga ada yang terbakar jika disulut api.

Sehingga mereka sempat menutup akses lingkungan mereka dengan memasang portal di pintu masuk gang. Tujuannya untuk mengantisipasi kebakaran yang mungkin saja bisa terjadi.

"Kesepakatan warga untuk mengamankan lingkungan dari kebakaran, akhirnya lingkungan ditutup sementara," ujar Ketua RT/RW: 5/02 Abdullah Mubarok saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/9/2023).

Saat itu warga sudah curiga dan menduga pencemaran tersebut diakibatkan oleh rembesan BBM yang berasal dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Kebetulan keberadaannya hanya sekitar 65 meter dari permukiman warga.

Namun untuk membuktikan dugaan itu bukan perkara mudah. Warga masih harus bersabar dengan kondisinya itu karena pengujian asal usul cemaran yang ada juga butuh waktu.

Pengujian itu tidak melibatkan tiga lembaga. Mulai dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri yang menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur, hingga tim independen bentukan warga dan Pertamina.

Pengujian itu dalam bentuk metode yang beragam. Mulai dari pengujian sampel air sumur, pengujian geolistrik dan pemetaan tanah, hingga pengujian tekanan (pressure test and pneumatic test) di instalasi SPBU.

"Ya kami memang merasakan ini (pemeriksaan) berlangsung lama. Tapi kami juga menghormati proses-proses yang ada," ujar Abdullah Mubarok pada Kompas.com, Rabu (27/9/2023).

Warga saat itu mendesak segera ditemukan asal usul penyebabnya agar segera pula ditentukan langkah-langkah penanganannya.

Hasil pengujian atau pemeriksaan oleh Pemkot Kediri yang menggandeng Institut Teknologi Surabaya (ITS) keluar pada 7 September dan 13 September. Tim menyimpulkan adanya kandungan hidrokarbon pada air sumur warga.

"Sudah dilakukan beberapa tes laboratorium. Hasilnya ada kandungan Total Petroleum Hidrocarbon (TPH)," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkot Kediri Apip Permana pada Kompas.com, Selasa (27/9/2023).

Kandungan TPH dengan ukuran miligram per liter tersebut berbeda-beda jumlahnya antara sumur satu dengan lainnya. Pada hasil pemeriksaan kedua misalnya, kandungan TPH terendah 3,50 miligram per liter dan tertinggi 187.360,00 miligram per liter.

Namun demikian meski ada tiga lembaga yang turun pengujian, hasil temuan tim independen swasta yang tersertifikasi direktorat jenderal minyak dan gas bumi itu lah yang nantinya akan ditindaklanjuti.

Hal itu sebagaimana kesepakatan warga dan pihak Pertamina yang tertuang dalam sebuah surat pernyataan kesepakatan bersama.

"Itu sebagaimana dalam klausul yang disepakati oleh warga," ujar Head Section Communication Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufik Kurniawan, Selasa (27/9/2023).

Tim mengungkap, pencemaran diakibatkan oleh adanya kebocoran Bahan Bakar Minyak (BBM) dari pipa instalasi milik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) setempat.

Kebocoran tersebut diduga merembes ke tanah hingga ke sumur-sumur warga.

Hal tersebut terungkap setelah dilakukan serangkaian pengecekan. Terutama pada jenis pengecekan pressure test dan pneumatic test pada tangki pendam penyimpanan BBM yang berlangsung pada Sabtu (30/9/2023).

Head Section Communication Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufik Kurniawan mengatakan, dalam pengujian yang dilakukan oleh tim independen Envilab terhadap Pipa Pertamax itu menunjukkan adanya penurunan tekanan.

"Hal ini mengindikasikan adanya keretakan dan bocor kecil pada pipa Pertamax tersebut," ujar Taufik Kurniawan dalam keterangan tertulisnya usia pertemuan dengan warga, Senin (2/10/2023).

Perihal tanggung jawab atas kejadian itu, Taufik menambahkan, pihaknya akan memastikan adanya penyelesaian yang maksimal kepada warga masyarakat terdampak.

Penyelesaian dan kompensasi yang berupa pemulihan lingkungan dan suplai air menurutnya akan dijalankan oleh mitranya yakni UD Mukti Putri Jaya 2 selaku pemilik SPBU Tempurejo.

"Alhamdulillah hubungan SPBU dengan warga cukup baik sehingga kejadian ini dimaknai sebagai musibah dan saling membantu memastikan penanganan terbaik." pungkasnya.

Kepala Kelurahan Tempurejo Oryza Mahendrajaya mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya penanggulangan yang ada dan mengingatkan bahwa permintaan warganya adalah pengembalian kondisi air yang tercemar.

"Sesuai komitmen kemarin, supaya air tanah kembali seperti semula jadi tidak ada pencemaran dan tidak berbau," ujarnya kepada wartawan di lokasi pertemuan warga.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/03/062837478/pertamax-yang-mencemari-sumur-warga-di-kediri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke