Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Asmujiono, Eks Kopassus yang Kibarkan Merah Putih Pertama Kalinya di Puncak Everest

Kompas.com - 17/08/2023, 18:07 WIB
Imron Hakiki,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Melihat kondisi Misirin, pelatih menyarankan Asmujiono yang masih berjalan jauh di belakang, untuk kembali turun. Namun, Asmujiono menolak. Ia bertekad melanjutkan misinya.

"Hingga saya menemukan mayat di jalur zona kematian (Death Zone) yang saat itu saya kira Pak Misirin. Saya rangkul sambil menangis. Namun, beberapa waktu saya menyadari kalau itu bukan Pak Misirin," ujarnya.

Ia lalu melanjutkan perjalanan ke puncak, dan menemukan Sertu Misirin duduk bersimpuh tidak sadarkan diri.

"Ia saya rangkul dan saya bangunkan. Ia sadar dan berteriak menyebut anak dan istrinya. Saya ajak ia untuk melanjutkan namun ia sudah mengaku tidak kuat karena matanya sudah tidak bisa melihat," ungkap dia.

Akhirnya, di tengah suhu dingin yang begitu ekstrem serta oksigen yang menipis, jiwa kesatuan Asmujiono seperti tersentak melihat kondisi Misirin.

Ia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan hingga ke puncak, dengan prinsip salah satu seniornya yang ia gunakan: 'Lebih baik pulang nama daripada gagal tugas'.

"Jalan saya menuju puncak itu tidak lancar-lancar saja. Tapi penuh dengan tantangan, dengan langkah yang berat dan sempoyongan. Sesekali saya jatuh. Namun Alhamdulillah mencapai ke puncak Everest tepat tanggal 26 April 1997 pukul 15.45 waktu Nepal," ujarnya.

Sesampainya di puncak, Asmujiono masih terdiam tidak percaya. Ia mengaku masih terdiam beberapa waktu karena bingung untuk melakukan tindakan apapun.

Hingga akhirnya ia teringat untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Untuk mengambil bendera yang tersimpan di tasnya, juga butuh perjuangan ekstra.

"Ia harus melepas beberapa jaket yang berlipat 7 rangkap. Perlahan-lahan saya lepas," tuturnya.

Setelah bendera berhasil ia keluarkan, lalu dikibarkan. Asmujiono juga mengambil baret merah kebanggaannya dan mengenakannya. Kemudian ia hormat dan menyanyikan lagi Padamu Negeri.

"Perasaan saya campur aduk saat itu. Antara bangga, haru. Meskipun, kondisi tubuh saya sebenarnya tersisa sedikit. Namun, beruntungnya saya masih kuat bertahan," kata dia.

"Di puncak saya sekitar 15 menit. Saya juga sempat meminta pelatih saya untuk foto, dengan posisinya berada di bawah. Foto itulah salah satunya, yang menjadi bukti bahwa saya benar-benar sampai di puncak Everest," tambahnya.

Terakhir, ia berpesan kepada generasi bangsa Indonesia pada momen HUT RI ke-78 ini agar melakukan sesuatu yang membuat bangga diri sendiri, bangsa, dan negara, apapun itu.

"Jangan berpikir gagal. Coba dulu sebisa mungkin. Karena saya ini adalah anak yatim piatu, tapi bisa melakukan sesuatu yang membuat bangga, mulai berhasil masuk TNI hingga berhasil mencapai puncak Everest," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com