Salin Artikel

Cerita Asmujiono, Eks Kopassus yang Kibarkan Merah Putih Pertama Kalinya di Puncak Everest

Ratusan warga setempat tampak antusias mengikuti tahapan-tahapan upacara tersebut. Terlihat satu orang peserta yang lebih semangat dibanding lainnya. Badannya tegap, mengenakan baret merah.

Ia adalah Serka (Purn) TNI Asmujiono, mantan prajurit Kopassus yang pertama kali berhasil mengibarkan bendera merah putih di Puncak Everest, 26 April 1997. 

Ia mengibarkan bendera bersama dua prajurit lainnya, Lettu Iwan Setiawan (kini Mayjend TNI), dan Sertu Misirin yang tergabung dalam tim Ekspedisi Everest Indonesia Kopassus.

Usai mengikuti rangkaian upacara HUT RI ke-78, Asmujiono menceritakan perjuangannya mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi dunia itu.

Di tengah suhu dingin serta minim oksigen, Asmujiono saat itu nekat menantang maut untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Everest.

Hal itu demi rasa cintanya kepada negeri serta misi pengibaran bendera Merah Putih di Puncak Everest atas perintah tugas Satuan Komando Pasukan Khusus (Koppasus) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), yang saat itu dipimpin Mayjend TNI Prabowo Subianto (sekarang Letjend (Purn) TNI.

"Misi itu dibuat oleh Pak Prabowo, untuk menyaingi Malaysia yang juga punya misi sama, negara Asia Tenggara pertama yang mencapai puncak Everest. Tapi Malaysia gagal mencapai puncak," ungkapnya saat ditemui, Kamis (17/8/2023).

Asmujiono mengatakan, saat itu ia berangkat ke Nepal untuk menjalankan misi itu bersama 43 orang, 16 di antaranya prajurit TNI dan 27 lainnya warga sipil (atlet pendaki).

"Di Nepal kita diseleksi lagi hingga tersisa 16 orang. 6 orang melalui jalur utara dan 10 orang melalui jalur selatan," jelasnya.

"Saya masuk tim jalur selatan, yang dianggap jalur berat. Namun, yang melanjutkan hingga ke titik kumpul (basecamp) 4 hanya 3 orang. Yakni saya, Lettu Iwan Setiawan (kini Mayjend TNI), dan Sertu Misirin," ujarnya.

Perjalanan dengan ketinggian 8.848 mdpl itu mereka tempuh, didampingi para pelatih asal Rusia yang disewa Prabowo Subianto. Mereka adalah Anatoly Boukreev, Evgenie Vinogradsky, dan Vladimier Baskhirov.

"Sampai di ketinggian sekitar 8.500 mdpl (titik kumpul 4), Lettu Iwan Setiawan terjatuh sehingga tidak bisa melanjutkan hingga puncak," tuturnya.

Asmujiono yang saat itu masih berpangkat Pratu, bersama Sertu Misirin terus berjuang mencapai puncak.

"Sertu Mirsin berjalan di depan saya. Namun sekitar 16 meter dari puncak ia tidak kuat. Ia bersimpuh lemas," ujarnya.

Melihat kondisi Misirin, pelatih menyarankan Asmujiono yang masih berjalan jauh di belakang, untuk kembali turun. Namun, Asmujiono menolak. Ia bertekad melanjutkan misinya.

"Hingga saya menemukan mayat di jalur zona kematian (Death Zone) yang saat itu saya kira Pak Misirin. Saya rangkul sambil menangis. Namun, beberapa waktu saya menyadari kalau itu bukan Pak Misirin," ujarnya.

Ia lalu melanjutkan perjalanan ke puncak, dan menemukan Sertu Misirin duduk bersimpuh tidak sadarkan diri.

"Ia saya rangkul dan saya bangunkan. Ia sadar dan berteriak menyebut anak dan istrinya. Saya ajak ia untuk melanjutkan namun ia sudah mengaku tidak kuat karena matanya sudah tidak bisa melihat," ungkap dia.

Akhirnya, di tengah suhu dingin yang begitu ekstrem serta oksigen yang menipis, jiwa kesatuan Asmujiono seperti tersentak melihat kondisi Misirin.

Ia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan hingga ke puncak, dengan prinsip salah satu seniornya yang ia gunakan: 'Lebih baik pulang nama daripada gagal tugas'.

"Jalan saya menuju puncak itu tidak lancar-lancar saja. Tapi penuh dengan tantangan, dengan langkah yang berat dan sempoyongan. Sesekali saya jatuh. Namun Alhamdulillah mencapai ke puncak Everest tepat tanggal 26 April 1997 pukul 15.45 waktu Nepal," ujarnya.

Sesampainya di puncak, Asmujiono masih terdiam tidak percaya. Ia mengaku masih terdiam beberapa waktu karena bingung untuk melakukan tindakan apapun.

Hingga akhirnya ia teringat untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Untuk mengambil bendera yang tersimpan di tasnya, juga butuh perjuangan ekstra.

"Ia harus melepas beberapa jaket yang berlipat 7 rangkap. Perlahan-lahan saya lepas," tuturnya.

Setelah bendera berhasil ia keluarkan, lalu dikibarkan. Asmujiono juga mengambil baret merah kebanggaannya dan mengenakannya. Kemudian ia hormat dan menyanyikan lagi Padamu Negeri.

"Perasaan saya campur aduk saat itu. Antara bangga, haru. Meskipun, kondisi tubuh saya sebenarnya tersisa sedikit. Namun, beruntungnya saya masih kuat bertahan," kata dia.

"Di puncak saya sekitar 15 menit. Saya juga sempat meminta pelatih saya untuk foto, dengan posisinya berada di bawah. Foto itulah salah satunya, yang menjadi bukti bahwa saya benar-benar sampai di puncak Everest," tambahnya.

Terakhir, ia berpesan kepada generasi bangsa Indonesia pada momen HUT RI ke-78 ini agar melakukan sesuatu yang membuat bangga diri sendiri, bangsa, dan negara, apapun itu.

"Jangan berpikir gagal. Coba dulu sebisa mungkin. Karena saya ini adalah anak yatim piatu, tapi bisa melakukan sesuatu yang membuat bangga, mulai berhasil masuk TNI hingga berhasil mencapai puncak Everest," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/17/180728378/cerita-asmujiono-eks-kopassus-yang-kibarkan-merah-putih-pertama-kalinya-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke