MALANG, KOMPAS.com - Sebuah monumen yang dibatasi pagar kuning berdiri di pojok Jalan Baiturrohman, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Monumen Brimob Tlogowaru, demikian nama bangunan tersebut. Meski kerap dilewati warga Kota Malang, namun bisa jadi belum banyak orang yang mengetahui kisah di balik monumen tersebut.
Baca juga: Perjuangan Maria, Ibu di TTU NTT, Hidupi 5 Anak Sendirian Usai Suami Meninggal
Monumen Brimob Tlogowaru dibangun untuk mengenang perjuangan Korps Brimob yang turut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada monumen tersebut terdapat plakat bertuliskan belasan nama polisi yang gugur.
Mereka adalah AP (Algemeene Politie/polisi umum) I Abdul Rachman, AP I Sukardi, AP II Soebadi, AP II Selo, AP II Ponidjan, AP I Amat, AP II Koeskaeni, AP II Diman, AP I Abdul Madjid, AP II Imam, AP II Satelim, Alim (Sipil).
Baca juga: Perjuangan Aipda Jacky Ubah Warung Miras di Palopo Jadi Rumah Belajar
Pemerhati sejarah Kota Malang, Agung H Buana menjelaskan, monumen tersebut berkaitan dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947.
"Di mana tujuan Belanda ini ingin menguasai kembali Indonesia ke daerah-daerah strategisnya termasuk wilayah Malang," kata Agung pada Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Bergoyang-goyang di Udara Menuju Boven Digoel, Tempat Hatta Pernah Dibuang...
Agung mengatakan, pada saat itu Belanda datang untuk menguasai wilayah-wilayah strategis Indonesia. Salah satunya wilayah Malang yang memiliki kesuburan dan komoditas unggulan.
"Tanaman seperti kopi dan tebu di Malang sini dapat tumbuh dengan baik," katanya.
Pasukan Belanda saat Agresi Militer Belanda I juga memasuki wilayah Jawa Timur termasuk Malang pada 26 Juli 1947.
Kemudian hal itu berlanjut dengan terjadinya peristiwa Malang Bumi Hangus dan pertempuran Jalan Salak.
Para pejuang tetap mempertahankan kemerdekaan di Malang, termasuk di dalamnya pasukan Mobile Brigade (Mobrig). Namun, para pejuang Indonesia kalah kekuatan jumlah orang serta persenjataan dan berangsur-angsur mundur ke arah selatan.
Baca juga: Ini Kisah Soekarno-Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia
Meski telah menguasai sebagian Malang, tentara Belanda tetap merangsek dan mengejar para pejuang Indonesia yang mundur.
Selanjutnya, tentara Belanda secara diam-diam berhasil masuk wilayah Tlogowaru, Malang pada 10 November 1947 sebelum matahari terbit.
"Di wilayah tersebut, terdapat satu pasukan dari Batalyon 1 Mobrig Besar (yang saat ini namanya Brimob) sedang berjaga dan beristirahat. Tentara Belanda pun langsung melakukan penyerangan. Serangan dadakan tersebut mengagetkan pasukan Mobrig," katanya.
Baca juga: Benteng Tolukko, Saksi Bisu Perebutan Rempah di Maluku Utara (Bagian 2)
Sebanyak 12 orang gugur termasuk warga sipil, akibat serangan mendadak tersebut.
Anggota Mobrig yang mengalami luka-luka ditawan oleh Belanda. Sedangkan sebagian kecil anggota Mobrig yang berhasil selamat, kabur ke arah Bululawang.
Untuk mengenang pertempuran tersebut, maka dibangun Monumen Brimob di lokasi tersebut.
"Peristiwa Tlogowaru ini cukup istimewa, para korbannya adalah anggota polisi. Melalui monumen ini, para generasi muda serta masyarakat bisa tahu, bahwa kepolisian turut serta memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.