"Kami dari Pemkab sudah persiapan apabila sampai terjadi kekeringan, kami siapkan bantuan benih dan pupuk organik," lanjutnya.
Antisipasi dampak El Nino juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Kediri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Kediri Mohammad Ridwan mengatakan, antisipasi itu dilakukan dengan mengatur pola tanam petani maupun pemilahan produk pertaniannya.
"Kami sudah mengimbau teman-teman petani agar memajukan pola tanamnya agar tidak gagal panen serta menanam tanaman yang tidak banyak membutuhkan air," ujar Ridwan.
Baca juga: Polisi Simpulkan Kasus Tewasnya Anggota PPS Kediri karena Kecelakaan Lalu Lintas
Ridwan tidak memungkiri ada beberapa wilayah pertanian yang berpotensi mengalami kekeringan, seperti di wilayah Sukorame dan Pojok. Pihaknya sudah mengantisipasi dengan memperbaiki saluran irigasinya.
"Bahkan kalau sampai ada yang ekstrem, masih bisa pakai sumur dangkal," jelasnya.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nganjuk, Jawa Timur, Sumber Harto mengatakan, puncak kemarau ini diprediksi terjadi pada Agustus hingga September.
"Itu sesuai dengan keterangan dari BMKG," ujar Sumber Harto.
Heri, warga di kaki Gunung Wilis, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala dalam pemenuhan kebutuhan air.
"Air aman terkendali. Itu semenjak ada program Pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) Alhamdulillah air lancar," ujar Heri yang juga seorang petani.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang