LUMAJANG, KOMPAS.com - Tak seperti sekolah dasar pada umumnya, suasana pagi di SD Negeri 1 Bades, Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang Jawa Timur tampak sepi, Selasa (27/2023).
Tak terdengar riuh tawa anak-anak, padahal aktivitas belajar mengajar di sekolah tersebut berjalan dengan normal.
Baca juga: Cerita Hari Pertama Masuk SD di Solo, Ada yang Hanya Dihadiri 1 Murid
Sejauh mata memandang, hanya ada beberapa anak berkelompok di sudut-sudut lapangan berukuran 8x14 meter persegi tersebut.
Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Bades Wiwik Mudayanti mengungkapkan hanya ada 23 siswa di sekolah itu.
Jumlah itu sudah termasuk empat siswa yang baru masuk kelas 1 pada tahun ajaran 2023 ini.
"Penerimaan peserta didik baru kita tahun ini ada empat siswa, kalau total ada 23 siswa di kelas 1 sampai kelas 6," kata Wiwik Mudayanti kepada Kompas.com, Selasa (25/7/2023).
Saat Kompas.com memasuki ruangan kelas V berukuran 6x4 meter, hanya ada tiga bangku yang ditata berjauhan.
Tiga siswa yang terdiri dari satu perempuan dan dua laki-laki duduk saling berjauhan dengan jarak lebih dari satu meter. Tak ada canda tawa, mereka lebih banyak diam.
Wiwik menjelaskan, kejadian minimnya jumlah siswa pendaftar tak hanya terjadi tahun ini.
Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa di masing-masing kelas yang rata-rata kurang dari lima siswa.
Baca juga: Saat Miliaran Rupiah Tabungan Siswa SD Raib, Dilarikan Eks Kepsek, Lainnya Dipinjam Guru...
Terbanyak adalah siswa kelas 4 yakni delapan siswa. Sedangkan, jumlah siswa paling sedikit ada di kelas 6 yakni dua siswa.
"Siswa kita paling sedikit itu kelas 6 hanya ada dua, satu laki-laki, satu perempuan. Awalnya tiga siswa tapi yang satu mondok akhirnya tinggal dua ini," lanjut Wiwik.
Wiwik menceritakan, berbagai upaya telah dilakukan sekolah untuk bisa mendapatkan siswa yang lebih banyak. Termasuk dengan cara mendatangi rumah warga satu per satu.
Namun, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan sekolah. Jumlah peserta didik tetap belum bisa maksimal.
Terakhir, SDN 1 Bades punya banyak siswa yakni pada tahun 2003 dengan total siswa sebanyak 70 orang. Setelah itu, jumlah siswa terus mengalami penurunan.
Baca juga: Keluh Kesah Wali Murid soal Harga Seragam Sekolah di Tulungagung, Totalnya Lebih dari Rp 2 Juta
Kebanyakan warga enggan menyekolahkan putranya di sekolah umum lantaran memilih pendidikan madrasah.
Tujuannya, agar anak-anaknya tersebut bisa memperoleh ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama sekaligus.
Tidak hilang akal, sekolah juga menyisipkan beberapa program agama seperti membaca Asmaul Husna, salat Dhuha berjemaah, dan tadarus sebelum pelajaran dimulai untuk menarik minat orangtua murid.
Lagi-lagi, upaya tersebut belum berbuah manis.
"Rata-rata orangtua ingin anaknya di madrasah karena takut anaknya enggak bisa ngaji. Sebenarnya kita ada juga program agama tapi hasilnya masih belum banyak membantu perolehan siswa baru," ceritanya.
Baca juga: Pilu Siswa SD di Tasikmalaya Korban Tabungan Dibawa Kabur Eks Kepsek, Buku Tulis Diberi Tetangga
Wiwik menerangkan, sekolahnya merupakan satu-satunya SD Negeri di Desa Bades yang kekurangan siswa.
Total, ada enam SD Negeri di desa tersebut. Namun, yang lokasinya berdekatan hanya 4 sekolah yakni SDN 1 Bades sampai SDN 4 Bades. Dua sisanya berlokasi cukup jauh.
Selain empat SD negeri, lembaga pendidikan yang lokasinya berdekatan yakni dua Madrasah Ibtidaiyah (MI) dibawah naungan Kementerian Agama.
Baca juga: Penjualan Seragam Sekolah Seharga Rp 2,3 Juta Berujung Pencopotan Kepsek
"Di sini ada 6 SD Negeri, tapi yang dua lokasinya jauh, yang berdekatan ini Bades 1 sampai 4 ditambah dua MI. Dari 4 yang negeri ini hanya Bades 1 yang kekurangan siswa," kata dia.
Proses belajar mengajar di SDN 1 Bades diperparah dengan minimnya jumlah ruang kelas yang tersedia.
Sekolah ini, hanya memiliki lima ruangan. Tiga digunakan untuk ruang kelas, satu untuk ruang guru, dan satu lagi digunakan sebagai ruang untuk taman kanak-kanak (TK) Tempel.
"Jadi kita belajarnya ya gabung, kelas dua sama kelas tiga, kelas satu itu sendirian karena masa transisi," ungkapnya.
Baca juga: Derita Eks Pekerja PTPN XII Lumajang Tinggal di Gubuk: Kami Belum Merdeka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.