Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bayi Lulus dari "Stunting" di Magetan, Kebijakan Pemda Berperan Besar

Kompas.com - 10/04/2023, 17:15 WIB
Sukoco,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com-  Amanda licah bergerak dan menjejakkan kakinya sembari menikmati santapan siang.

Sang ibu Sugiarti (23) dengan sabar menyuapkan makanan ke mulut balita berusia delapan bulan tersebut.

“Ini makan siang menunya nasi tim (nasi dengan daging) yang saya blender campur sayuran wortel dan bayam,” ujarnya ditemui di rumahnya, Desa Jabung, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Minggu (9/3/2023).

Baca juga: Penyebab Stunting: Kekurangan Gizi Kronis pada Anak Jadi Faktor Utama

Perjuangan lulus dari stunting

Sugiarti mengaku berjuang ekstra menjaga menu anak semata wayanganya supaya sang putri tidak kembali berstatus stunting.

Dia mengaku sejak lahir, anaknya yang memiliki berat 2 kilogram dengan tinggi 40 sentimeter dinyatakan stunting.

“Sejak hamil saya tidak mau makan sampai 8 bulan, kemudian ada lilitan usus di leher si bayi saat di kandungan sehingga nutrisi lambat sampai ke bayi,” kenang Sugiarti.

Baca juga: Kisah Kehidupan Balita di Sicanang, Daerah Penyumbang Stunting Tertinggi di Medan

Semenjak putrinya dinyatakan stunting, Sugiarti pun berjuang. Dia tidak ingin putrinya mengalami kelainan pertumbuhan yang juga bisa berdampak pada daya pikir.

Sugiarti rutin berkonsultasi ke dokter di Posyandu dan RSUD Sayidiman Magetan hingga anaknya diberi penanganan khusus.

"Saya rutin berkonsultasi dengan dokter, salah satu penanganannya anak saya diberi susu khusus," kata dia.

Susu yang dimaksud Sugiarti ialah Susu Pangan Olahan Untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK).

“Susunya mahal kalau kita beli. Satu kartoin isi 400 gram sempat kita beli sendiri Rp 260.000, padahal itu habis 3 sampai 4 hari karena anak saya terapinya minum susu. Makanya kami bersyukur ada program Aksi Cegah Stunting (ACS),” jelasnya.

Sugiati juga secara ketat memperhatikan asupan makanan putrinya, khususnya protein. Akhirnya Amanda dinyatakan 'lulus' dari stunting di usia empat bulan.

Berbagai upaya dan terobosan

Jabung di Kabupaten Magetan, Jawa Timur dinyatakan sebagai lokus penanganan stunting pada tahun 2021 bersama 33 daerah lainnya.

Pada awal tahun 2021, terdapat 43 anak balita di Jabung yang mengalami stunting.

Bidan wilayah Jabung Indah Cahaya mengatakan, penyebab stunting di Jabung mayoritas disebabkan oleh pemberian nutrisi yang salah serta kondisi rumah yang lembab.

“Kondisi rumah itu lembab. Banyak warga menutup pintu di pagi hari karena takut ayam masuk ke rumah mereka karena di sini banyak ayam berkeliaran,” jelasnya.

Baca juga: RSUD Magetan Terima Rujukan 775 Balita Stunting Selama 2023, Kesadaran Warga pada Tengkes Disebut Meningkat

Sejak adanya program aksi cegah stunting, kegiatan timbang badan di Posyandu Jabung dilakukan seminggu sekali.

Hal ini untuk memantau perkembangan balita yang dinyatakan stunting.

“Pada awalnya balita yang dinyatakan stunting itu (orangtuanya) mogok ke Posyandu. Orangtua mereka kebanyakan malu, merasa bahwa anaknya normal kok dibilang stunting,” ujarnya.

Ilustrasi balita. Jabung di Magetan, Jawa Timur menjadi daerah lokus penanganan stunting.
SHUTTERSTOCK/Rawpixel.com Ilustrasi balita. Jabung di Magetan, Jawa Timur menjadi daerah lokus penanganan stunting.

Untuk memberi pemahaman terkaiit stunting, bidan desa, dokter ahli gizi, dan kader serta penggerak PKK Jabung akhirnya memilih jemput bola dengan mendatangi rumah warga yang anaknya dinyatakan stunting.

Ketua pengerak PKK Jabung Suprapti mengatakan, warga di desanya pada awalnya bingung dengan istilah stunting.

“Kita sempat nanya kalau kedua orangtuanya sama-sama pendek ya apa bisa anaknya tinggi. Kemudian warga juga bingung dengan pendek kok dibilang stunting, terus ada yang gemuk bisa juga disebut stunting. Mereka dulu tahunya gizi buruk dan kalau gizi buruk kan kurang dikasih makan, sedangkan mereka merasa sudah memberi makan anak-anak 3 kali sehari,” jelasnya.

Baca juga: 3.000 Balita di Magetan Menderita Stunting, Pemkab Anggarkan Rp 800 Juta untuk Beli Susu

Suprapti menambahkan, bidan desa kerap mengunjungi rumah warga. Seiring dengan hal itu, kegiatan timbang badan balita disertai pembagian makanan tambahan telur dan susu juga terus digencarkan.

Warga perlahan menyadari pentingnya Posyandu.

“Selain kegiatan Posyandu kita juga punya grup diskusi bagi orangtua yang anaknya stunting. Kita bekerja sama dengan Polres dan Koramil juga menyediakan kendaraan jemputan untuk mengantar mereka ke Puskesmas atau ke rumah sakit untuk rujukan balita stunting,” imbuhnya.

20 balita lulus stunting

Kepala Puskesmas kecamatan Panekan Ari Wibowo mengatakan, sejak program Aksi Cegah Stunting (ACS) diluncurkan bekerja sama dengan Habibi Institute, 20 balita dinyatakan 'lulus' stunting di Kecamatan Panekan.

Pada awal program ACS di-launching, terdapat 450 balita stunting. Dari angka tersebut 59 balita stunting menderita TB.

“Hingga Maret kemarin ada 20 balita lulus stunting, sementara 59 balita yang menderita stunting dengan TB masih terus menjalani perawatan,” katanya.

Baca juga: Cerita Ibu yang Besarkan 2 Bayi Stunting: Kemapanan Ekonomi Tak Jamin Anak Kita Sempurna

Anggaran susu

Ilustrasi stunting. Apakah anak pendek pasti stunting? Itu hanya salah satu mitos stunting. Shutterstock Ilustrasi stunting. Apakah anak pendek pasti stunting? Itu hanya salah satu mitos stunting.

Hingga Maret 2023, RSUD Sayyidiman Magetan tercatat telah menerima rujukan 775 balita stunting.

Ketua Tim Aksi Cegah Stunting Kabupaten Magetan Rama Anindita mengatakan, angka rujukan ke RSUD Sayyidiman mengalami kenaikan cukup tajam dibandingkan tahun 2022 karena masyarakat mulai sadar akan gejala stunting pada balita mereka.

“Tata laksana poros Posyandu pusat rumah sakit itu sudah direplikasi seluruh kecamatan sehingga semua sadar akan pentingnya penanganan stunting, akhirnya rujukan meningkat tajam,” ujarnya.

Baca juga: Fungsi Asam Amino Esensial untuk Mencegah Stunting

Sementara Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Lisa Chandra Sari mengatakan, untuk mengatasi kasus stunting pemerintah Kabupaten Magetan menaikkan anggaran pembelain susu pangan olahan untuk kondisi medis khusus (PKMK).

Anggrn yang semula Rp 150 juta di tahun 2022 menjadi Rp 800 juta di 2023.

Berdasarkan data penanganan kasus balita stunting pada Oktober-Desember 2022, sebanyak 800 balita mendapat penanganan terapi dengan pemberian susu PKMK.

“Dari anggaran Rp 150 juta ternyata dihitung-hitung baru sedikit banget, sementara rujukan dari rumah sakit semakin banyak, jadi tahun ini anggaran ditambah sampai Rp 800 juta lebih," katanya.

Baca juga: Upaya Menurunkan Angka Stunting di Sumut

Untuk diketahui, Pemkab Magetan meluncurkan sejumlah program baik untuk mengantisipasi kelahiran yang menyebabkan stunting hingga program bantuan susu Pangan Olahan Untuk Keperluan Medis Khusus PKMK untuk balita stunting.

Ojek ibu hamil

Ilustrasi hamil Shutterstock/Africa Studio Ilustrasi hamil

Bupati Magetan Suprawoto mengatakan, Magetan mempunyai program ojek ibu hamil atau jekmil yang masuk top 45 inovasi nasional. Program ini salah satunya mencegah stunting terjadi sejak dalam masa kehamilan.

“Jek mil ini untuk mencegah angka kematian ibu anak juga stunting karena mulai ibu hamil itu masuk dalam program jekmil yang mengantarkan ibu hamil periksa di Puskesmas. Ini sudah kita replikasi di seluruh Puskesmas,” katanya, Senin (10/4/2023).

Pemerintah juga mengedukasi para lansia lantaran banyak anak yang diasuh oleh nenek dan kakek mereka.

“Kalau orangtuanya sibuk biasanya yang ngasuh kan neneknya. Kta punya program sekolah lansia dan sekolah ibu pintar yang melaksanakan BKKBN. Lulusnya itu diwisuda,” ucap Suprawoto.

Baca juga: Jangan Salah Kaprah, Stunting Berbeda dengan Gizi Buruk

Pemerintah daerah, menurut Suprawoto, juga turut andil dengan memberikan anggaran kegiatan pemberian makanan tambahan melalui kegiatan Posyandu.

Dengan berbagai kegiatan yang dilaksankan saat ini BUpati Magetan Suprawoto optimistis tahun 2025 Kabupaten Magetan akan bebas stunting.

“Stunting tahun 2020 itu masih 27 persen, kemudian tahun 2021 turun 17 persen dan tahun 2022 turun 14 persen, itu survei BPS. Tetapi bulan timbang kita 10 persen, artinya setiap bulan balita ditimbang, sebetulnya datanya lebh akurat bulan timbang karena survei ambil sampel dari seluruh populasi balita,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Unesa Tawarkan Beasiswa S2 dan Posisi Dosen ke Marselino Ferdinan Usai Tampil Bagus di Timnas U-23

Unesa Tawarkan Beasiswa S2 dan Posisi Dosen ke Marselino Ferdinan Usai Tampil Bagus di Timnas U-23

Surabaya
Manajer Koperasi Diadili karena Gelapkan Uang Nasabah Rp 14 M di Banyuwangi

Manajer Koperasi Diadili karena Gelapkan Uang Nasabah Rp 14 M di Banyuwangi

Surabaya
Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Surabaya
Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Surabaya
9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

Surabaya
Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Surabaya
Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Surabaya
Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Surabaya
Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Surabaya
Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Surabaya
Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga 'Powerbank'

Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga "Powerbank"

Surabaya
Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Surabaya
Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com