Salin Artikel

Kisah Bayi Lulus dari "Stunting" di Magetan, Kebijakan Pemda Berperan Besar

Sang ibu Sugiarti (23) dengan sabar menyuapkan makanan ke mulut balita berusia delapan bulan tersebut.

“Ini makan siang menunya nasi tim (nasi dengan daging) yang saya blender campur sayuran wortel dan bayam,” ujarnya ditemui di rumahnya, Desa Jabung, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Minggu (9/3/2023).

Perjuangan lulus dari stunting

Sugiarti mengaku berjuang ekstra menjaga menu anak semata wayanganya supaya sang putri tidak kembali berstatus stunting.

Dia mengaku sejak lahir, anaknya yang memiliki berat 2 kilogram dengan tinggi 40 sentimeter dinyatakan stunting.

“Sejak hamil saya tidak mau makan sampai 8 bulan, kemudian ada lilitan usus di leher si bayi saat di kandungan sehingga nutrisi lambat sampai ke bayi,” kenang Sugiarti.

Semenjak putrinya dinyatakan stunting, Sugiarti pun berjuang. Dia tidak ingin putrinya mengalami kelainan pertumbuhan yang juga bisa berdampak pada daya pikir.

Sugiarti rutin berkonsultasi ke dokter di Posyandu dan RSUD Sayidiman Magetan hingga anaknya diberi penanganan khusus.

"Saya rutin berkonsultasi dengan dokter, salah satu penanganannya anak saya diberi susu khusus," kata dia.

Susu yang dimaksud Sugiarti ialah Susu Pangan Olahan Untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK).

“Susunya mahal kalau kita beli. Satu kartoin isi 400 gram sempat kita beli sendiri Rp 260.000, padahal itu habis 3 sampai 4 hari karena anak saya terapinya minum susu. Makanya kami bersyukur ada program Aksi Cegah Stunting (ACS),” jelasnya.

Sugiati juga secara ketat memperhatikan asupan makanan putrinya, khususnya protein. Akhirnya Amanda dinyatakan 'lulus' dari stunting di usia empat bulan.

Berbagai upaya dan terobosan

Jabung di Kabupaten Magetan, Jawa Timur dinyatakan sebagai lokus penanganan stunting pada tahun 2021 bersama 33 daerah lainnya.

Pada awal tahun 2021, terdapat 43 anak balita di Jabung yang mengalami stunting.

Bidan wilayah Jabung Indah Cahaya mengatakan, penyebab stunting di Jabung mayoritas disebabkan oleh pemberian nutrisi yang salah serta kondisi rumah yang lembab.

“Kondisi rumah itu lembab. Banyak warga menutup pintu di pagi hari karena takut ayam masuk ke rumah mereka karena di sini banyak ayam berkeliaran,” jelasnya.

Sejak adanya program aksi cegah stunting, kegiatan timbang badan di Posyandu Jabung dilakukan seminggu sekali.

Hal ini untuk memantau perkembangan balita yang dinyatakan stunting.

“Pada awalnya balita yang dinyatakan stunting itu (orangtuanya) mogok ke Posyandu. Orangtua mereka kebanyakan malu, merasa bahwa anaknya normal kok dibilang stunting,” ujarnya.

Untuk memberi pemahaman terkaiit stunting, bidan desa, dokter ahli gizi, dan kader serta penggerak PKK Jabung akhirnya memilih jemput bola dengan mendatangi rumah warga yang anaknya dinyatakan stunting.

Ketua pengerak PKK Jabung Suprapti mengatakan, warga di desanya pada awalnya bingung dengan istilah stunting.

“Kita sempat nanya kalau kedua orangtuanya sama-sama pendek ya apa bisa anaknya tinggi. Kemudian warga juga bingung dengan pendek kok dibilang stunting, terus ada yang gemuk bisa juga disebut stunting. Mereka dulu tahunya gizi buruk dan kalau gizi buruk kan kurang dikasih makan, sedangkan mereka merasa sudah memberi makan anak-anak 3 kali sehari,” jelasnya.

Suprapti menambahkan, bidan desa kerap mengunjungi rumah warga. Seiring dengan hal itu, kegiatan timbang badan balita disertai pembagian makanan tambahan telur dan susu juga terus digencarkan.

Warga perlahan menyadari pentingnya Posyandu.

“Selain kegiatan Posyandu kita juga punya grup diskusi bagi orangtua yang anaknya stunting. Kita bekerja sama dengan Polres dan Koramil juga menyediakan kendaraan jemputan untuk mengantar mereka ke Puskesmas atau ke rumah sakit untuk rujukan balita stunting,” imbuhnya.

20 balita lulus stunting

Kepala Puskesmas kecamatan Panekan Ari Wibowo mengatakan, sejak program Aksi Cegah Stunting (ACS) diluncurkan bekerja sama dengan Habibi Institute, 20 balita dinyatakan 'lulus' stunting di Kecamatan Panekan.

Pada awal program ACS di-launching, terdapat 450 balita stunting. Dari angka tersebut 59 balita stunting menderita TB.

“Hingga Maret kemarin ada 20 balita lulus stunting, sementara 59 balita yang menderita stunting dengan TB masih terus menjalani perawatan,” katanya.

Hingga Maret 2023, RSUD Sayyidiman Magetan tercatat telah menerima rujukan 775 balita stunting.

Ketua Tim Aksi Cegah Stunting Kabupaten Magetan Rama Anindita mengatakan, angka rujukan ke RSUD Sayyidiman mengalami kenaikan cukup tajam dibandingkan tahun 2022 karena masyarakat mulai sadar akan gejala stunting pada balita mereka.

“Tata laksana poros Posyandu pusat rumah sakit itu sudah direplikasi seluruh kecamatan sehingga semua sadar akan pentingnya penanganan stunting, akhirnya rujukan meningkat tajam,” ujarnya.

Sementara Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Lisa Chandra Sari mengatakan, untuk mengatasi kasus stunting pemerintah Kabupaten Magetan menaikkan anggaran pembelain susu pangan olahan untuk kondisi medis khusus (PKMK).

Anggrn yang semula Rp 150 juta di tahun 2022 menjadi Rp 800 juta di 2023.

Berdasarkan data penanganan kasus balita stunting pada Oktober-Desember 2022, sebanyak 800 balita mendapat penanganan terapi dengan pemberian susu PKMK.

“Dari anggaran Rp 150 juta ternyata dihitung-hitung baru sedikit banget, sementara rujukan dari rumah sakit semakin banyak, jadi tahun ini anggaran ditambah sampai Rp 800 juta lebih," katanya.

Untuk diketahui, Pemkab Magetan meluncurkan sejumlah program baik untuk mengantisipasi kelahiran yang menyebabkan stunting hingga program bantuan susu Pangan Olahan Untuk Keperluan Medis Khusus PKMK untuk balita stunting.

Bupati Magetan Suprawoto mengatakan, Magetan mempunyai program ojek ibu hamil atau jekmil yang masuk top 45 inovasi nasional. Program ini salah satunya mencegah stunting terjadi sejak dalam masa kehamilan.

“Jek mil ini untuk mencegah angka kematian ibu anak juga stunting karena mulai ibu hamil itu masuk dalam program jekmil yang mengantarkan ibu hamil periksa di Puskesmas. Ini sudah kita replikasi di seluruh Puskesmas,” katanya, Senin (10/4/2023).

Pemerintah juga mengedukasi para lansia lantaran banyak anak yang diasuh oleh nenek dan kakek mereka.

“Kalau orangtuanya sibuk biasanya yang ngasuh kan neneknya. Kta punya program sekolah lansia dan sekolah ibu pintar yang melaksanakan BKKBN. Lulusnya itu diwisuda,” ucap Suprawoto.

Pemerintah daerah, menurut Suprawoto, juga turut andil dengan memberikan anggaran kegiatan pemberian makanan tambahan melalui kegiatan Posyandu.

Dengan berbagai kegiatan yang dilaksankan saat ini BUpati Magetan Suprawoto optimistis tahun 2025 Kabupaten Magetan akan bebas stunting.

“Stunting tahun 2020 itu masih 27 persen, kemudian tahun 2021 turun 17 persen dan tahun 2022 turun 14 persen, itu survei BPS. Tetapi bulan timbang kita 10 persen, artinya setiap bulan balita ditimbang, sebetulnya datanya lebh akurat bulan timbang karena survei ambil sampel dari seluruh populasi balita,” pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/04/10/171551778/kisah-bayi-lulus-dari-stunting-di-magetan-kebijakan-pemda-berperan-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke