Eri pun meminta kepada warga Surabaya, untuk menegur dirinya ketika salah dalam melangkah atau mengambil sebuah kebijakan.
Eri tak ingin, kebijakan yang ia terapkan itu salah, sehingga membuat Ayahnya tak tenang di alam kubur.
"Mohon doanya, koreksi dan tegur saya, agar setiap langkah dan kebijakan yang saya terapkan nanti bisa menerangi makam Abah," ujar Eri.
Eri menambahkan, ayahnya sempat mengalami sakit jantung pada 2018 lalu.
Seiring bergulirnya waktu, penyakit yang dialami Urip Suwondo berangsur pulih, namun sempat mengalami penurunan pada saat pandemi lalu.
Baca juga: Cerita di Balik Tukang Becak di Surabaya Cairkan Uang Rp 320 Juta dari Rekening Bukan Miliknya
Hingga akhirnya, di usia yang ke-77, Urip Suwondo wafat dalam keadaan tenang saat di tempat tinggalnya.
"Semoga ini yang terbaik bagi Abah dan semoga beliau lebih bahagia di hadapan Gusti Allah. Ini akan menjadi pembelajaran bagi saya ke depan, dalam mengambil langkah dan kebijakan untuk menerangi makam Abah," tutur dia.
Setelah proses pemakaman selesai, Eri mempersilahkan warga Kota Pahlawan untuk hadir dalam acara tahlilan dan doa bersama di kediaman orangtuanya, Minggu (22/1/2023) pukul 19.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.