Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Napi Terorisme Ali Fauzi, Menangis Saat Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude

Kompas.com - 20/01/2023, 16:08 WIB
Nugraha Perdana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

"Saya merasa berat, sempat terbesit menyesal menjalani studi ini, saya sangat tersiksa karena tugas juga banyak. Tapi saya nangis bisa dapat Cum Laude itu," katanya.

Baca juga: PA Malang Tangani 199 Perkara Dispensasi Nikah, 99 Persen karena Hamil

Bagi Ali, sebenarnya lingkungan pendidikan bukan hal yang asing baginya. Dia mengatakan, dari kecil tumbuh dan besar di lingkungan pondok pesantren.

Tercatat, dia lulus D3 Ma'had Aly Darul Ulum di Lamongan. Kemudian pada tahun 2007, Ali lulus S1 di STAI Al Aqidah, Jakarta. Dan, pada tahun 2009-2011 menyelesaikan studi S2 jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

"Saya semua linear, ambil jurusan Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam dari S1 - S3)," katanya.

Baca juga: Lampaui Ponorogo, Pengajuan Dispensasi Nikah Dini di Kabupaten Malang Capai 1.434 Perkara, Tertinggi di Jatim

Di sisi lain, Ali juga memiliki kesibukan bersama Yayasan Lingkar Perdamaian. Yayasan ini bertujuan untuk membawa pulang mantan napiter ke NKRI, memberikan pembinaan di lapas, serta memberdayakan mereka melalui pelatihan keterampilan.

Bahkan juga memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak dan juga para janda yang ditinggal suami dalam kasus terorisme.

Sebagai informasi, Ali merupakan adik kandung dari Amrozi dan Ali Ghufron, pelaku Bom Bali pada 2002 silam.

Setelah peristiwa Bom Bali II pada 2005, Ali ditangkap pihak keamanan Filipina. Ia kemudian dideportasi ke Indonesia dan menjalani hukuman selama tiga tahun.

Baca juga: Alasan Ali Fauzi Berani Jamin Bebas Bersyarat Napi Terorisme Kasim Khow

Usai menjalani masa hukuman, Ali dipertemukan dengan para korban aksi terorisme. Mereka rata-rata mengalami cacat fisik dan tekanan mental. Dari sana, Ali kemudian menyadari kesalahannya.

Setelah bebas dari penjara usai dideportasi dari Filipina, dia mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) bersama dengan para mantan napiter lain di Indonesia, di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, tempatnya dibesarkan.

Setelah meraih gelar doktor, Ali kini banyak mendapat tawaran mengajar.

"Sebenarnya sejak 2012 saya sudah jadi dosen di Lamongan. Tapi sejak kemarin setelah ujian doktor dan dapat predikat cum laude banyak banget penawaran menjadi dosen," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com