Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Mencuri, Santri Ponpes An-Nur 1 Malang Diduga Dianiaya Teman-Temannya

Kompas.com, 18 Desember 2022, 12:28 WIB
Imron Hakiki,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Salah satu santri Pondok Pesantren An-Nur 1, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang diduga menjadi korban penganiayaan oleh puluhan teman-temannya, Jumat (16/12/2022) dini hari.

Korban berinisial MF (16) asal Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Siswa yang masih duduk di bangku kelas X SMK milik lembaga pondok pesantren itu, mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya akibat pukulan puluhan santri lainnya dari kelas XI dan XII dari SMK yang sama.

Baca juga: Polisi: Santri di Pesantren Tangsel Mengaku Tiga Kali Disodomi Seniornya

MF mengaku merasa pusing di kepalanya. Sementara di pelipis bagian kirinya terlihat masih terbalut perban pasca penanganan lukanya.

"Ada tujuh jahitan di pelipis ini," ungkap MF saat ditemui di rumahnya, Sabtu (17/12/2022).

Selain itu, di bagian dada dan hampir di sekujur tubuh korban tampak terdapat luka-luka lebam serta memar yang diduga akibat bekas pukulan.

MF menceritakan, peristiwa itu bermula saat dirinya dituduh mencuri uang dua kali oleh sesama santri lainnya.

Kejadian kehilangan itu pada Kamis malam (15/12/2022) di dalam pondok pesantren tersebut. Padahal, MF tak merasa melakukan, sehingga ia pun menolak tuduhan itu.

"Saya dituduh karena ada yang melihat saya membuka lemari, padahal itu cuma dari omongan yang belum ada bukti pasti," jelasnya.

Baca juga: Polisi Bakal Periksa 2 Saksi Terkait Kasus Sodomi Santri di Pesantren Tangsel

Namun setiap kali mengelak, anak ketiga dari pasangan suami istri Herdi Arliyanto (43) dan Annisa (42) itu terus dipukuli oleh para santri lainnya, dan dipaksa mengaku. Ia terus dipukuli secara bergiliran oleh sekitar 20-30 santri, selama kurun waktu dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB.

"Dipukuli di seluruh badan, di pelipis dipukul pakai es batu. Sampai luka robek di pelipis, kepala masih benjol.

Pagi harinya, ia pun nekat kabur dari pondok pesantren dan pulang ke rumah dengan menaiki angkutan umum, dengan kondisi masih terluka di beberapa bagian tubuhnya.

"Nunggu pagi jam 6, jam 8 langsung pulang tidak pamit saya. Naik angkutan. Ya pulang masih berdarah-darah," ujarnya.

Tidak terima dengan peristiwa yang dialami anaknya, keluarga MF pun membuat laporan ke Polres Malang, Jumat.

Baca juga: Cabuli 9 Santri Selama 2 Tahun, Oknum Guru di Lampung Ditangkap

Kasatreskrim Polres Malang, Iptu Wahyu Rizky Saputro membenarkan adanya dugaan laporan penganiayaan itu. Menurutnya penyidik telah meminta keterangan korban dan pelapor.

"Benar, kami sudah menerima laporan. Pelapor dan korban sudah kami mintai keterangan. Saat ini masih menunggu hasil visum," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu.

"Selanjutnya, rencana kita akan memanggil pihak dari pesantren," imbuhnya.

Sementara itu, Salah satu pengurus Pondok Pesantren An Nur 1, Ahmad Sulusin menolak berkomentar saat dikonfirmasi terkait dugaan penganiayaan itu. Ia menyebut pihak pondok pesantren tidak mengizinkan media massa untuk memberitakan terkait hal tersebut.

"Mohon tidak buat berita tentang ini. Kami tidak mengizinkam. Terima kasih," singkatnya melalui pesan singkat, Minggu (18/12/2022).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau