Salin Artikel

Dituduh Mencuri, Santri Ponpes An-Nur 1 Malang Diduga Dianiaya Teman-Temannya

Korban berinisial MF (16) asal Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Siswa yang masih duduk di bangku kelas X SMK milik lembaga pondok pesantren itu, mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya akibat pukulan puluhan santri lainnya dari kelas XI dan XII dari SMK yang sama.

MF mengaku merasa pusing di kepalanya. Sementara di pelipis bagian kirinya terlihat masih terbalut perban pasca penanganan lukanya.

"Ada tujuh jahitan di pelipis ini," ungkap MF saat ditemui di rumahnya, Sabtu (17/12/2022).

Selain itu, di bagian dada dan hampir di sekujur tubuh korban tampak terdapat luka-luka lebam serta memar yang diduga akibat bekas pukulan.

MF menceritakan, peristiwa itu bermula saat dirinya dituduh mencuri uang dua kali oleh sesama santri lainnya.

Kejadian kehilangan itu pada Kamis malam (15/12/2022) di dalam pondok pesantren tersebut. Padahal, MF tak merasa melakukan, sehingga ia pun menolak tuduhan itu.

"Saya dituduh karena ada yang melihat saya membuka lemari, padahal itu cuma dari omongan yang belum ada bukti pasti," jelasnya.

Namun setiap kali mengelak, anak ketiga dari pasangan suami istri Herdi Arliyanto (43) dan Annisa (42) itu terus dipukuli oleh para santri lainnya, dan dipaksa mengaku. Ia terus dipukuli secara bergiliran oleh sekitar 20-30 santri, selama kurun waktu dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB.

"Dipukuli di seluruh badan, di pelipis dipukul pakai es batu. Sampai luka robek di pelipis, kepala masih benjol.

Pagi harinya, ia pun nekat kabur dari pondok pesantren dan pulang ke rumah dengan menaiki angkutan umum, dengan kondisi masih terluka di beberapa bagian tubuhnya.

"Nunggu pagi jam 6, jam 8 langsung pulang tidak pamit saya. Naik angkutan. Ya pulang masih berdarah-darah," ujarnya.

Tidak terima dengan peristiwa yang dialami anaknya, keluarga MF pun membuat laporan ke Polres Malang, Jumat.

Kasatreskrim Polres Malang, Iptu Wahyu Rizky Saputro membenarkan adanya dugaan laporan penganiayaan itu. Menurutnya penyidik telah meminta keterangan korban dan pelapor.

"Benar, kami sudah menerima laporan. Pelapor dan korban sudah kami mintai keterangan. Saat ini masih menunggu hasil visum," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu.

"Selanjutnya, rencana kita akan memanggil pihak dari pesantren," imbuhnya.

Sementara itu, Salah satu pengurus Pondok Pesantren An Nur 1, Ahmad Sulusin menolak berkomentar saat dikonfirmasi terkait dugaan penganiayaan itu. Ia menyebut pihak pondok pesantren tidak mengizinkan media massa untuk memberitakan terkait hal tersebut.

"Mohon tidak buat berita tentang ini. Kami tidak mengizinkam. Terima kasih," singkatnya melalui pesan singkat, Minggu (18/12/2022).

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/18/122817678/dituduh-mencuri-santri-ponpes-an-nur-1-malang-diduga-dianiaya-teman

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com