MALANG, KOMPAS.com - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Malang melakukan trauma healing kepada ratusan korban tragedi Kanjuruhan. Total ada 600 korban yang mendapat trauma healing tersebut.
Dari 600 korban itu, 265 di antaranya adalah anak-anak.
Baca juga: Novita, Korban Tragedi Kanjuruhan, Diizinkan Pulang Setelah 50 Hari Dirawat di RSSA Malang
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang drg Arbani Mukti Wibowo mengatakan, trauma healing yang dilakukan dengan metode home visit kepada 265 anak-anak, pada awal pekan pasca tragedi Kanjuruhan.
"Awalnya, pada minggu pertama kami melakukan pendampingan dengan metode home visit kepada 265 korban ini. Namun sekarang sudah menggunakan metode komite building," ungkapnya saat ditemui, Senin (28/11/2022).
Komite building adalah metode pendampingan psikologis yang dilakukan oleh satu orang psikolog kepada 10 korban secara bersamaan.
Psikolog kemudian akan menggali permasalahan-permasalahan yang dialami korban dan memfasilitasi setiap korban untuk menceritakan keluh kesah mereka,
"Melalui metode ini, korban yang dicakup adalah keseluruhan, yakni 600 orang itu, terdiri dari 265 anak, perempuan, dan korban dewasa," jelasnya.
Melalui trauma healing itu, psikolog akan memetakan dampak psikis yang terjadi pada para korban. Apabila terdapat salah satu korban mengalami gangguan psikologis kategori berat, maka akan dilanjutkan dengan home visit atau kunjungan ke rumah masing-masing.
"Sepanjang ini, gangguan psikis yang dialami 600 korban kategorinya trauma ringan dan sedang," tuturnya.
Baca juga: Tuntut Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Aremania Gelar Aksi di Sejumlah Lokasi
Namun, ada beberapa kesulitan yang dialami psikolog saat melakukan pendampingan. Salah satunya ada beberapa korban yang masih enggan bercerita dengan keluh kesah yang dialami atas tragedi maut tersebut.
"Ada sebenarnya yang tidak terceritakan masalah tragedi Kanjuruhan keluar semua. Jadi dipendam sendiri. Padahal seharusnya jangan menjadi pikiran sendiri. Sebab, kalau dia tidak curhat bisa jadi dia akan trauma seumur hidup," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.