Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Keluarga Korban Selalu Menangis, Mereka Bertanya Besok Anak Saya Hidup atau Mati"

Kompas.com - 27/10/2022, 07:00 WIB
Riska Farasonalia

Editor

KOMPAS.com - Kakek berhati mulia asal Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur rela mendampingi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang dirawat di rumah sakit.

Sejak peristiwa kelam itu terjadi pada Sabtu (1/10/2022), kakek bernama Andrian Sutikno (66) sudah 25 hari berada di ruang tunggu Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.

Bahkan, Mbah Tik sapaan akrabnya ini rela menginap di rumah sakit hanya untuk menemani keluarga korban.

Dia tidak sampai hati melihat kondisi keluarga korban yang terguncang akibat kejadian mencekam tersebut.

"Jadi saya enggak tega, yang perlu diperhatikan keluarga korban, perlu pendampingan," kata dia kepada Kompas.com, Selasa.

Baca juga: Soal Potensi Tersangka Baru Kasus Tragedi Kanjuruhan, Ini Kata Kapolda Jatim

Sumbangsih Mbah Tik

Dia menceritakan, kegetiran yang dirasakan setiap kali mencoba menenangkan keluarga korban.

"Harus ada yang menenangkan, setiap keluarga korban setelah dipanggil dokter selalu menangis. Intinya mereka bertanya besok anak saya hidup atau mati," ujar dia.

Meski harus menempuh jarak yang cukup jauh dari tempat asalnya, tekad Mbah Tik membantu para keluarga korban tak pernah goyah.

Dia kerap membantu memberitahu kepada keluarga korban jika ada yang tidak mendengar panggilan dokter jaga ketika malam hari.

"Ketika mereka tertidur, kalau dari speaker ada pemberitahuan ke keluarga pasien, saya bangunkan kalau tidak dengar, saya kan sudah hafal keluarga ini yang mana pasiennya," jelas dia.

Mbah Tik yang punya kedekatan dengan Aremania ini rutin menyambangi beberapa keluarga korban.

Bagi dia, mereka sudah seperti keluarga sehingga sudah selayaknya saling membantu.

Bahkan, Mbah Tik tak segan membantu mencarikan biaya apabila ada keluarga korban yang kesulitan.

"Ada keluarga korban yang bingung untuk biaya sehari-hari di sini, karena mereka itu kan mungkin ada yang kaget, sehingga ke sini enggak bawa persiapan yang cukup. Saya bantu komunikasikan dengan Aremania dan dibantu," jelas dia.

Sedangkan, untuk biaya kehidupan sehari-hari selama menginap di RSSA, Mbah Tik awalnya menggunakan uang saku sendiri.

Namun, tak jarang Aremania juga turut membantunya.

"Saya dibantu sama teman-teman Aremania di sini, ada yang ngasih makan, rokok dan lainnya," ungkap dia.

Keluarga Mbah Tik pun tak keberatan dan justru mendukung niat tulusnya.

Tragedi Kanjuruhan

Mbah Tik berujar, saat tragedi yang menewaskan 135 orang itu terjadi, dirinya berada di luar stadion.

Ketika itu, dia turut membantu Aremania asal Blitar yang menonton pertandingan Arema FC VS Persebaya tersebut.

"Saya memang di luar untuk menyambut Aremania dari luar kota, untuk mendata, membagi konsumsi," cerita dia.

Bahkan, dia sigap menolong para korban yang berjatuhan saat terjadi kerusuhan di dalam stadion.

Kejadian memilukan itu pun begitu menggugah hati Mbah Tik.

"Terus saya lari ke tumpukan jenazah di pintu VIP, mengangkut jenazah dari dalam ke ambulans, dibawa ke RS Wava Husada. Ada korban dari warga saya sendiri, Blitar," ungkap dia.

Baca juga: Kejati Jatim Tunjuk 15 Jaksa untuk Teliti Berkas Perkara Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Air mata berjatuhan

Selama 25 hari berada di ruang tunggu ICU RSSA, Mbah Tik berempati melihat tangis pilu keluarga korban.

Terutama empat korban terakhir tragedi Kanjuruhan yang meninggal.

Salah satunya, keluarga Aremania bernama Reyvano Dwi Afriansyah yang menghembuskan nafas terakhir usai dirawat di rumah sakit.

"Saya mendampingi penuh keluarga dari Reyvano, itu sampai kedua orangtuanya enggak kuat (menerima kepergian anaknya)," kata dia.

Mbah Tik menyadari, pengorbanan yang dilakukannya tidak pernah sebanding dengan jumlah nyawa yang hilang dalam kerusuhan tersebut.

"Pengorbanan mereka yang sampai meninggal yang menggugah saya. Sudah membeli tiket dan mereka meninggal," ujar dia.

Hingga saat ini di Ruang ICU RSSA telah tersisa satu pasien korban tragedi Kanjuruhan.

Dia berharap, korban yang tersisa bisa selamat dan dapat kembali menjalani kehidupan normal.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Malang dan Batu, Nugraha Perdana | Editor Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unesa Tawarkan Beasiswa S2 dan Posisi Dosen ke Marselino Ferdinan Usai Tampil Bagus di Timnas U-23

Unesa Tawarkan Beasiswa S2 dan Posisi Dosen ke Marselino Ferdinan Usai Tampil Bagus di Timnas U-23

Surabaya
Manajer Koperasi Diadili karena Gelapkan Uang Nasabah Rp 14 M di Banyuwangi

Manajer Koperasi Diadili karena Gelapkan Uang Nasabah Rp 14 M di Banyuwangi

Surabaya
Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Pria di Gresik Ditangkap Polisi atas Dugaan Pencabulan 2 Anak Tiri

Surabaya
Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Ramai Hajatan Pernikahan di Sidoarjo, Tamu Undangan Diberi Kasur Lipat

Surabaya
9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

9 Remaja Ditangkap usai Culik dan Aniaya Pemuda di Surabaya

Surabaya
Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Pencuri Besi Penambat Rel KA Ditangkap di Pasuruan, Puluhan Barang Bukti Diamankan

Surabaya
Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Begal Payudara di Situbondo Tertangkap Warga, Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Surabaya
Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Komplotan Pencuri Ban Serep Ditangkap Polisi di Tol KLBM

Surabaya
Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Surabaya
Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Surabaya
Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga 'Powerbank'

Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga "Powerbank"

Surabaya
Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Surabaya
Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com