Beberapa saat kemudian, ujarnya, terjadi kericuhan di lapangan dan tembakan gas air mata dilepaskan oleh aparat.
Penonton panik terutama setelah gas air mata juga diarahkan ke tribune.
Bersama ribuan penonton yang lain, Yustama ikut berdesakan menuju pintu keluar tribune 14 dan menyaksikan banyak yang terjatuh dan terinjak-injak,termasuk anak kecil dan perempuan.
"Harapan kami kasus ini harus diusut tuntas secara adil. Saudara-saudara kami banyak yang meninggal. Mereka hanya penonton sepak bola tapi kenapa sampai menjadi korban," ujarnya.
Baca juga: Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan dari Blitar, 5 Meninggal, 2 Kritis, dan 5 Belum Ditemukan
Pada acara doa bersama itu, saksi mata yang lain, Galih Purna asal Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar menuturkan hal serupa.
Galih yang waktu itu berada di tribune 6 mengaku mendapati gas air mata jatuh persis di depannya ketika kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan.
"Napas sesak, mata pedih, dan saya sempat tidak bisa melihat apa-apa. Saya diselamatkan teman-teman, dibopong keluar stadion," ujarnya.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Makan di Blitar, Harga Mulai dari Rp 10.000
Sama seperti kebanyakan suporter dan penonton laga itu, Galih mempertanyakan kenapa aparat keamanan menembakkan gas air mata.
Padahal, kata dia, sejumlah suporter yang hendak menghampiri pemain Arema FC hanya bermaksud memberikan dukungan moral atas kekalahan yang terjadi.
"Maksudnya ingin merangkul, dan membesarkan hati para pemain dan berharap pada kesempatan lain bermain lebih baik lagi," ujarnya.
"Yang kami pertanyakan kenapa kami dibombardir gas air mata," tambahnya.
Doa bersama yang diselenggarakan oleh Aliansi Supporter Blitar itu dipandu oleh pimpinan agama dari berbagai agama berbeda serta aliran kepercayaan. Doa dengan cara yang berbeda-beda dipanjatkan untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.
Selama pembacaan doa, ribuan peserta kegiatan yang mayoritas adalah anak-anak muda, menyalakan lilin.
Di sela jeda doa antara satu agama dan yang lain, para peserta berdiri menyanyikan lagu-lagu dan yel-yel Aremania. MC kegiatan sempat kesulitan menghimbau agar para supporter menghentikan dulu yel-yel karena pembacaan doa belum selesai.
Sejumlah peserta juga membawa poster berisi pesan-pesan damai untuk sepak bola dan juga ungkapan duka atas Tragedi Kanjuruhan.
"Football for Humanity", "Peace and Justice for Kanjuruhan", "01.10.22" dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.