Pamflet bertuliskan kecaman tertempel di daun pintu tribune 13. Tertulis 'Stop Brutality Police', 'Gas Air Mata vs Air Mata Ibu', 'Mereka Pamit ke Orang Tua Nonton Bola. Pulang Sudah Tidak Bernyawa'.
Salah satu penjual kopi yang berada tidak jauh dari pintu 13, Anis mengatakan, saat itu kondisi di area pintu tribune 13 cukup mencekam.
Tapi ia tidak tahu pasti apakah benar pintu 13 itu terkunci saat itu.
Karena ketika kejadian, Anis juga sibuk merawat korban luka-luka yang dievakuasi ke dalam warungnya.
"Jadi saya tidak sempat keluar melihat pintu itu. Apalagi di depan warung saya ini banyak Aremania yang tidak masuk ke dalam stadion," ungkapnya.
Namun, melihat dinding bekas dibobol dan pagar yang rusak, Anis menduga pintu itu memang tidak dalam kondisi terbuka saat itu.
"Kalau melihat temboknya yang dibobol, kemungkinan besar memang tidak dibuka," kata dia.
Baca juga: Mahasiswa Pasang Spanduk Copot Kapolda Jatim di Pagar Markas Polda, Buntut Tragedi Kanjuruhan
"Biasanya ya dibuka jika pertandingan segera berakhir," lanjut Anis.
Terhitung, ada sekitar 10 korban luka-luka yang dievakuasi ke warung Anis. Sehingga dirinya tidak bisa langsung menutup warung dan pulang ke rumahnya.
"Saya baru pulang setelah para korban ini dievakuasi ke rumah sakit sekitar pukul 02.00 dini hari," tuturnya.
Komite Disiplin (Komdis) PSSI sebelumnya membenarkan adanya temuan sejumlah pintu-pintu yang tertutup, padahal seharusnya dibuka usai pertandingan.
Kondisi ini yang diduga membuat banyak korban jiwa berjatuhan.
"Pintu-pintu yang seharusnya terbuka tapi tertutup. Kekurangan ini menjadi perhatian dan penilaian kami adanya hal-hal yang kurang baik," kata Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing di Kota Malang, Selasa (4/10/2022).