KEDIRI, KOMPAS.com - Bencana tanah longsor yang terjadi di Dusun Besuki, Desa Jugo Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022) sore, meninggalkan duka bagi keluarga Slamet (50), warga setempat.
Rumah tempat tinggal mereka hancur setelah tebing tanah setinggi 8 meter yang ada di samping rumah, ambrol menghantam dinding lalu merobohkan atapnya.
Nyaris tidak ada barang rumah tangga yang bisa diselamatkan dalam peristiwa yang terjadi menjelang Maghrib dan diawali hujan deras beberapa jam itu.
Baca juga: Longsor di Kediri, Akses Jalan Terancam Putus, 4 Warga Mengungsi
Namun mereka bersyukur karena semua anggota keluarga diberkahi keselamatan.
Tega (27), anak perempuan Slamet mengatakan di rumah itu dihuni oleh empat orang. Yaitu dirinya dan anaknya yang bernama Azka (6,5) serta Slamet (50) dan istrinya Katiyah (50).
Namun saat peristiwa berlangsung, hanya ada Slamet dan Katiyah saja yang berada di rumah tersebut.
"Kebetulan saya lagi keluar rumah di tempat senam dan Azka lagi ngaji di mushala," ujar Tega pada Kompas.com, Jumat (24/6/2022).
Ada pun Slamet dan Katiyah, dapat terhindar dari bahaya karena bertindak cepat usai melihat tanda-tanda alam.
Slamet menuturkan, sejak hujan mulai mengguyur sekitar pukul 15:00 WIB, dia langsung mengajak istrinya keluar rumah mencari tempat yang aman.
Baca juga: Detik-detik Korban Longsor di Bogor Selamatkan Istri dan Anaknya
"Saya dan ibuknya berlindung di kandang sapi yang ada di depan rumah," ujar Slamet.
Itu dilakukannya karena sejak awal sudah melihat tanda-tanda potensi longsor berupa rekahan pada tebing lahan milik Warsito, tetangganya tersebut.
Dan rekahan itu sendiri sudah terdeteksi olehnya setelah terjadinya hujan beberapa hari sebelumnya.
Firasatnya berupa longsor itu kemudian betul-betul terjadi dan langkah antisipatifnya itu telah menyelamatkannya.
Sehingga dari kandang sapi itu lah dia melihat langsung tahap demi tahap rumahnya hancur dihantam longsoran.
"Pikiran saya campur aduk. Kaget," lanjut pria yang berprofesi sebagai petani ini.
Baca juga: 2 Orang Tertimbun Longsor di Bogor, Satu Masih Dalam Pencarian
Kepala Desa Jugo Suminto mengatakan, sebelum longsor terjadi pihaknya sudah melakukan upaya-upaya antisipasi.
Yaitu mewanti-wanti Slamet agar waspada dan menjaga diri jika sewaktu-waktu hujan mulai turun.
"Dua hari sebelumnya kami sudah terima laporan dari Pak RT adanya potensi longsor. Lalu kita imbau untuk waspada," ujarnya.
Akibat peristiwa itu rumah Slamet mengalami kerusakan cukup parah sehingga tidak bisa lagi ditinggali. Untuk sementara waktu mereka harus mengungsi.
Slamet menuturkan, saat ini mereka mengungsi di rumah Ponijan, kakaknya yang tinggal beberapa ratus meter dari rumahnya.
Baca juga: Longsor di Gunung Salak Hentikan Pasokan Air Bersih ke Tangerang
Namun itu dilakukannya hanya untuk istirahat malam hari. Sebab pada siang, dia tetap beraktivitas di rumahnya sembari mengurus sapinya.
"Kalau siang ya kembali ke rumah untuk bersih-bersih. Sapinya juga masih di sana," kata Slamet.
Slamet mengaku tidak tahu sampai kapan dia akan menjalani kehidupan barunya itu. Dia berharap rumahnya itu segera dibangun kembali. "Akan dibangun pemerintah. Tadi sudah diukur-ukur," pungkasnya.
Suminto membenarkan adanya bantuan pemerintah tersebut. Namun pelaksanaannya masih menunggu hasil assessment yang dilakukan para pihak.
Assessment itu perihal kelayakan lahan untuk hunian maupun opsi relokasi jika ditemukan ketidaklayakan lahan.
"Tadi sudah disurvei oleh Dinas Perkim hingga BPBD. Kalau tanahnya layak, ya, dibangun di situ kalau tidak layak direlokasi," ungkap Suminto.
Baca juga: Longsor di Kabupaten Bogor, Seorang Ibu Tewas dan Bayi Luka-luka
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Randhy Agatha mengatakan, meski tidka ada korban jiwa namun kerugian materiil akibat rusaknya rumah itu mencapai Rp 100 juta.
Pihaknya bersama berbagai elemen sudah turun di lokasi untuk menyerahkan bantuan awal hingga pembersihan lokasi.
"Selanjutnya kita koordinasi dengan dinas perkim, pekerjaan umum, pariwisata, dinas sosial, serta Satpol," ujar Randhy dalam kesempatan sebelumnya.
Wilayah Kecamatan Mojo yang berada di kaki Gunung Wilis itu bukan kali ini saja terjadi longsor. Sudah beberapa kali terjadi dan menimbulkan kerugian materiil yang cukup besar.
Perihal itu, Randhy mengatakan, pihaknya meningkatkan upaya-upaya edukasi untuk pencegahan dan kesiapsiagaan.
Baca juga: Jalur Penghubung di Trenggalek Longsor, Warga Harus Melintas secara Bergantian
Di antaranya dengan membentuk tim Siaga Bencana Desa (TSBD) dan Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di sana.
"Untuk penanganan saat longsor kami lakukan tanggap darurat dan pasca bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi." pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.