Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Slamet, Bisa Selamat dan Saksikan Detik-detik Rumahnya Roboh Diterjang Longsor

Kompas.com, 25 Juni 2022, 07:45 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Bencana tanah longsor yang terjadi di Dusun Besuki, Desa Jugo Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022) sore, meninggalkan duka bagi keluarga Slamet (50), warga setempat.

Rumah tempat tinggal mereka hancur setelah tebing tanah setinggi 8 meter yang ada di samping rumah, ambrol menghantam dinding lalu merobohkan atapnya.

Nyaris tidak ada barang rumah tangga yang bisa diselamatkan dalam peristiwa yang terjadi menjelang Maghrib dan diawali hujan deras beberapa jam itu.

Baca juga: Longsor di Kediri, Akses Jalan Terancam Putus, 4 Warga Mengungsi

Namun mereka bersyukur karena semua anggota keluarga diberkahi keselamatan.

Tega (27), anak perempuan Slamet mengatakan di rumah itu dihuni oleh empat orang. Yaitu dirinya dan anaknya yang bernama Azka (6,5) serta Slamet (50) dan istrinya Katiyah (50).

Namun saat peristiwa berlangsung, hanya ada Slamet dan Katiyah saja yang berada di rumah tersebut.

"Kebetulan saya lagi keluar rumah di tempat senam dan Azka lagi ngaji di mushala," ujar Tega pada Kompas.com, Jumat (24/6/2022).

Ada pun Slamet dan Katiyah, dapat terhindar dari bahaya karena bertindak cepat usai melihat tanda-tanda alam.

Slamet menuturkan, sejak hujan mulai mengguyur sekitar pukul 15:00 WIB, dia langsung mengajak istrinya keluar rumah mencari tempat yang aman.

Baca juga: Detik-detik Korban Longsor di Bogor Selamatkan Istri dan Anaknya

"Saya dan ibuknya berlindung di kandang sapi yang ada di depan rumah," ujar Slamet.

Itu dilakukannya karena sejak awal sudah melihat tanda-tanda potensi longsor berupa rekahan pada tebing lahan milik Warsito, tetangganya tersebut.

Dan rekahan itu sendiri sudah terdeteksi olehnya setelah terjadinya hujan beberapa hari sebelumnya.

Firasatnya berupa longsor itu kemudian betul-betul terjadi dan langkah antisipatifnya itu telah menyelamatkannya.

Sehingga dari kandang sapi itu lah dia melihat langsung tahap demi tahap rumahnya hancur dihantam longsoran.

"Pikiran saya campur aduk. Kaget," lanjut pria yang berprofesi sebagai petani ini.

Baca juga: 2 Orang Tertimbun Longsor di Bogor, Satu Masih Dalam Pencarian

Kepala Desa Jugo Suminto mengatakan, sebelum longsor terjadi pihaknya sudah melakukan upaya-upaya antisipasi.

Yaitu mewanti-wanti Slamet agar waspada dan menjaga diri jika sewaktu-waktu hujan mulai turun.

"Dua hari sebelumnya kami sudah terima laporan dari Pak RT adanya potensi longsor. Lalu kita imbau untuk waspada," ujarnya.

Mengungsi

Akibat peristiwa itu rumah Slamet mengalami kerusakan cukup parah sehingga tidak bisa lagi ditinggali. Untuk sementara waktu mereka harus mengungsi.

Slamet menuturkan, saat ini mereka mengungsi di rumah Ponijan, kakaknya yang tinggal beberapa ratus meter dari rumahnya.

Baca juga: Longsor di Gunung Salak Hentikan Pasokan Air Bersih ke Tangerang

Namun itu dilakukannya hanya untuk istirahat malam hari. Sebab pada siang, dia tetap beraktivitas di rumahnya sembari mengurus sapinya.

"Kalau siang ya kembali ke rumah untuk bersih-bersih. Sapinya juga masih di sana," kata Slamet.

Slamet mengaku tidak tahu sampai kapan dia akan menjalani kehidupan barunya itu. Dia berharap rumahnya itu segera dibangun kembali. "Akan dibangun pemerintah. Tadi sudah diukur-ukur," pungkasnya.

Suminto membenarkan adanya bantuan pemerintah tersebut. Namun pelaksanaannya masih menunggu hasil assessment yang dilakukan para pihak.

Assessment itu perihal kelayakan lahan untuk hunian maupun opsi relokasi jika ditemukan ketidaklayakan lahan.

"Tadi sudah disurvei oleh Dinas Perkim hingga BPBD. Kalau tanahnya layak, ya, dibangun di situ kalau tidak layak direlokasi," ungkap Suminto.

Baca juga: Longsor di Kabupaten Bogor, Seorang Ibu Tewas dan Bayi Luka-luka

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Randhy Agatha mengatakan, meski tidka ada korban jiwa namun kerugian materiil akibat rusaknya rumah itu mencapai Rp 100 juta.

Pihaknya bersama berbagai elemen sudah turun di lokasi untuk menyerahkan bantuan awal hingga pembersihan lokasi.

"Selanjutnya kita koordinasi dengan dinas perkim, pekerjaan umum, pariwisata, dinas sosial, serta Satpol," ujar Randhy dalam kesempatan sebelumnya.

Mitigasi

Wilayah Kecamatan Mojo yang berada di kaki Gunung Wilis itu bukan kali ini saja terjadi longsor. Sudah beberapa kali terjadi dan menimbulkan kerugian materiil yang cukup besar.

Perihal itu, Randhy mengatakan, pihaknya meningkatkan upaya-upaya edukasi untuk pencegahan dan kesiapsiagaan.

Baca juga: Jalur Penghubung di Trenggalek Longsor, Warga Harus Melintas secara Bergantian

Di antaranya dengan membentuk tim Siaga Bencana Desa (TSBD) dan Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di sana.

"Untuk penanganan saat longsor kami lakukan tanggap darurat dan pasca bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi." pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau