Hariqo mengungkapkan, bagi seorang pembuat konten, imajinasi itu penting.
“Ketika melihat satu obyek, dia berpikir, ‘Ngonten apa, nih?’” terangnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis.
Hanya saja, ketika melihat sesuatu obyek, terutama obyek yang dianggap unik, pembuat konten kadang tidak mempertimbangkan mengenai aspek kelayakan dan kepantasan.
Alhasil ketika konten itu diunggah, mendapat pertentangan dari warga.
“Imajinasi harus sesuai dengan norma yang berlaku,” bebernya.
Baca juga: Tobat dan Minta Maaf, Begini Pengakuan Pria di Gresik yang Nikahi Domba, Videonya Viral
Menurut Direktur Eksekutif Komunikonten ini, orang-orang yang membuat video nyeleneh maupun membahayakan diri umumnya ingin mendapat apresiasi dari kelompoknya.
“Apresiasi yang diharapkan bukan dari masyarakat, tapi dari circle dia, ‘Wah, keren, lu!’” tandasnya.
Adanya pelabelan yang didapat dari kelompok menjadi sangat berharga bagi sang pembuat konten.
Agar kasus serupa tak terjadi, Hariqo meminta agar para pembuat konten selalu berpikir berulang kali saat memutuskan ide konten.
Ia juga menyarankan agar pembuat konten berkonsultasi dengan orang-orang berpengalaman maupun ahli sebelum mengeksekusi ide konten itu.
“Sebelum diunggah pun, mereka harus menimbang-nimbang, ‘Layak enggak ya kalau gue sebar?’ Ketika enggak layak, jangan,” pungkasnya.
Baca juga: Marak Video Adang Truk, Kenapa Orang Membahayakan Diri demi Konten?
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Gresik, Hamzah Arfah | Editor: Pythag Kurniati, Dheri Agriesta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.