Saat persaingan tempe semakin ketat, pada tahun 1974 Ramiah mencoba membuat lontong dan dipasarkan di tempat ia biasa berdagang tempe dan ayam di pasar.
Ramiah belajar membuat lontong dari Mbah Muntiyah, tetangganya di Banyu Urip Lor.
Tak disangka lontongnya laris. Karena pesanan semakin banyak, ia meminta bantuan tetangga untuk membuat lontong.
Ramiah pun mulai mengajari tetangga membuat lontong. Lambat laun perajin tempe akhirnya mengikuti jejak Ramiah.
Baca juga: Semarak Kampung Ramadhan Digelar di Solo, Ini Harapan Gibran
Salah satu tetangga yang diajari membuat lontong oleh Ramiah adaah Suwarni. Pada tahun 1996, Suwarni mengalami kesulitan ekonomi. Ramiah pun memutuskan mengajari Suwarni membuat lontong.
Tak hanya membuat, Ramiah juga menyuruh Suwarni berjualan lontong secara mandiri sebagai pekerjaan sampingan.
Untuk mempermudah produksi Suwarni, Ramiah memberikan modal secara gratis berupa kompor, dandang, beras dan daun pisang.
Pada tahun 1977, Suwarni mulai memproduksi dan menjual lontong secara mandiri ke beberapa pasar tradisional khususnya di Pasar Asem Banyu Urip dan Pasar Krukah.
Baca juga: Program Kampung Religi Antarkan Kota Magelang Jadi Salah Satu Kota Paling Toleran di Indonesia
Setelah Suwarni sukses menjalankan bisnis jualan lontong, banyak masyarakat Banyu Urip Lor yang tertarik untuk memulai bisnis yang sama.
Mereka akhirnya memutuskan untuk belajar membuat lontong kepada Ramiah. Ramiah dengan senang hati memberitahukan cara membuat lontong kepada mereka.
Setiap hari, ada beberapa tetangga Ramiah yang ngenger di rumahnya untuk belajar cara membuat lontong.
Ciri khas Lontong Banyu Urip juga muncul berkat inovasi dari Ramijah. Lontong Banyu Urip hasil inovasi Ramiah dibungkus dengan bagian luar daun pisang, sehingga lontong yang dihasilkan berwarna kehijauan.
Baca juga: Melihat Kampung Pancasila di Desa Senduro Lumajang, Hidup Berdampingan dalam Perbedaan
Dari hasil berjualan lontong tersebut, warga bisa membangun rumah, menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidup.
Keberadaan Kampung Lontong menjadi penting untuk keberlangsungan kuliner masyarakat Surabaya, yang sebagian besar bermenu utama lontong. Seperti lontong balap, lontong kupang, lontong mie, lontong sayur, lontong kikil, lontong cap gomeh, gado-gado, sate, bakso dan lain-lain.
Dengan demikian, otomatis Kampung Lontong juga membantu perekonomian masyarakat Surabaya, terutama para penjual makanan yang bermenu utama lontong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.