LUMAJANG, KOMPAS.com - Warga di Desa Gesang, Kecamatan Tempeh dan Desa Sememu, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus menggunakan anyaman bambu untuk menyeberang. Sebab, Jembatan Sememu yang menghubungkan dua desa itu tidak kunjung diperbaiki setelah diterjang banjir lahar dingin Gunung Semeru setahun lalu.
Warga terpaksa melintas di atas jembatan yang terbuat dari anyaman bambu untuk tetap bisa beraktivitas sehari-hari.
Jembatan tersebut hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Sedangkan untuk kendaraan roda empat harus mengambil jalur memutar yang lebih jauh.
Baca juga: Motor Oleng dan Terjatuh di Lumajang, Pengendara Tewas Terlindas Truk
Kondisi jembatan yang terbuat dari anyaman bambu juga menjadikan jembatan tersebut rawan tersapu oleh derasnya aliran sungai.
Basid, warga Desa Gesang mengatakan, tidak sedikit warga yang berharap agar jembatan yang lama terputus itu segera diperbaiki.
"Cukup banyak pengendara yang melintas ini berharap agar segera diperbaiki, mengingat mereka sendiri was-was ketika melintas," kata Basid saat ditemui, Senin (14/3/2022).
Baca juga: 28 Rumah di Lumajang Terendam Banjir Luapan Sungai Kapal Keruk
Meskipun sudah ada anyaman bambu sebagai jembatan alternatif yang dibangun warga secara swadaya, warga yang melintas tidak boleh sembarang waktu. Apalagi ketika hujan dan aliran sungai sedang deras. Sebab, beberapa kali jembatan alternatif tersebut roboh terseret air sungai.
"Jembatan alternatif ini tidak sekali dua kali terputus, karena memang penahannya tidak kuat menghadapi hantaman air yang deras," jelasnya.
"Kami tidak memaksa, tetapi kami menerima. Karena kalau perbaikan itu pakai uang," terang Basid.
Sementara itu, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, mengatakan bahwa pembangunan Jembatan Sememu akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2022 dan sudah disiapkan anggaran sebesar Rp 6 miliar melalui APBD Lumajang.
"Sekarang tahap perencanaan konstruksi, setelah itu akan ada proses lelang. Jika sudah ditentukan pemenang lelangnya, pembangunan jembatan bisa dimulai," ungkap Thoriq.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.